Rabu, 07 November 2012

PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN KREATIFITAS MEDIA KOMUNIKASI “EDU-POLITIC” DAN “POLITICAL MARKETING”

Oleh : R. ARIEF DARMAWAN.S, ATD 
Pimpinan dan Pendiri Pinasticyber Multimedia Community Palangkaraya 
(Komunitas dan Studio Desain Grafis berbasis Masyarakat) 

PENDAHULUAN 
Dari sudut pandang perkembangan era domokrasi, Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang saat ini diterapkan di Indonesia perlu diacungi jempol karena ini akan mendidik masyarakat Indonesia menjadi dewasa dalam berpolitik. Namun Sebaliknya sistem Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), akan menjadi bencana manakala, para calon menggunakan cara-cara yang tidak simpatik seperti money politic, intimidasi, atau cara-cara lain yang tidak terpuji. Money politic akan mengakibatkan keharusan balas jasa ketika calon telah terpilih menjadi Kepala Daerah. 
Money politic dan intimidasi atau cara tidak jujur jelas akan menciptakan simpati jangka pendek dan menyengsarakan masyarakat dalam jangka panjang. 

EDU-POLITIC 
Secara umum, Pemenangan Pemilihan Kepala Daerah melalui Edu-Politic dapat diartikan sebagai upaya pemenangan calon Kepala Daerah dengan memberikan pendidikan atau pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki efek jangka panjang dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun. 
Sedangkan Media Komunikasi Kreatif adalah merupakan kreatifitas pemilihan dan pemanfaatan media komunikasi sebagai media dalam menyampaikan visi, missi, pesan dan atau program kerja kepada masyarakat secara tepat guna dan tepat sasaran. 
Dalam kaitan ini, Edu-Politic merupakan salah satu bentuk kreatifitas media komunikasi yang mulai banyak digunakan dan terbukti membawa dampak positif dalam kehidupan berpolitik masyarakat Indonesia. 
Pemanfaatan konsep edu-politic sebagai media komunikasi dalam “pencitraan” calon Kepala Daerah akan berdampak jangka panjang dan cenderung dapat membentuk militansi positif kehidupan politik masyarakat. 
Secara konseptual, kreatifitas dalam menyiasati pemanfaatan media komunikasi tidak terlepas dari Konsep “Political Marketing”, dimana dalam kaitan ini Sang Kandidat berupaya secara positif “mempengaruhi” masyarakat pemilih untuk mengikuti dan memilih program-program “ajakan” yang ditawarkan. 

KONSEP DASAR “POLITICAL MARKETING” 
Secara umum, konsep dasar media komunikasi dalam “political Marketing” dibagi dalam 2 aspek : 
1. Aspek “Above The Line” (ATL) : dimana pada aspek ini para kandidat mempromosikan diri melalui saluran-saluran media massa (Surat kabar, Televisi, Radio, dan lain-lain) 
2. Aspek “Bellow The Line” (BTL) : dimana pada aspek mini para kandidat mempromosikan dirinya melalui media cetak (Brosur, flyer, spanduk, baliho, sticker, kaos, dan lain-lain) 
Kedua aspek ini harus dapat dikemas sedemikian rupa dan sekreatif mungkin sehingga dapat berjalan secara bekesinambungan satu dengan yang lain. 
Dalam kaitan ini, terjadi pergeseran paradigma dari konsep “Political War” dan debat-debat yang penuh intrik bahkan cenderung “black campaign” yang saling menjatuhkan menjadi “Marketing War” yang kreatif, inovatif dan persuasif. Bahkan bila dikemas dalam suatu integrasi komunikasi pemasaran yang baik maka dia akan menjadi tontonan yang menarik ketimbang penuh konflik. 
Inti dari semua aspek dan konsep “Marketing War” adalah : “STOP MENJUAL JANJI SURGA DAN JANJI-JANJI MANIS”! Selalu Fokus pada hal-hal strategis, yaitu ”Voter Market” (Masyarakat Pemilih), mengingat kondisi pemilih sekarang sudah cerdas dan pintar memilah dan menilai dari penawaran program kerja yang akan diusung oleh kandidat. Serta jangan pernah takut dengan sikap lawan yang menggunakan dan atau ”mengedepankan” cara ”money politic”, karena bagi masyarakat pemilih, lebih baik mengambil ”uangnya” dan ”menendang” jauh si pemberi. Sekali lagi, tetap fokus pada ”voter market”, bentuk militansi-militansi kecil namun efektif sebagai ujung tombak marketing leader. 
Sehingga pada akhirnya, dalam konsep Political Marketing pada intinya adalah memadukan The Marketing Concept dan The Selling Concept menjadi Demand Management yang terformat dalam bentuk berbagai media komunikasi kreatif. 

LANGKAH-LANGKAH PEMENANGAN 
Berdasarkan pengalaman yang penulis hadapi saat menjadi Tim Kreatif salah satu Pasangan Calon Gubernur Kalimantan Tengah, serta berdasarkan referensi yang Penulis pelajari, secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah utama dalam upaya pemenangan Pemeilihan Kepala Daerah, yaitu : 

Langkah Pertama : PEMETAAN POLITIK 
Pemetaan politik adalah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan diri dan lawan, kondisi "medan pertempuran, "iklim" medan pertempuran dan media komunikasi. Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan, peta politik ini bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Banyak kandidat telah sadar akan pentingnya pemetaan politik. Namun sayang, kebanyakan mereka menggunakan asumsi dalam melakukan pemetaan ini. Pemetaan politik yang paling akurat adalah dengan melakukan survei. Dengan melakukan survei, kandidat dapat mengumpulkan berbagai informasi sangat penting dan akurat. Peta politik adalah seperangkat informasi yang valid yang menggambarkan secara jelas menyangkut kandidat sendiri, pesaing, masyarakat (pemilih), media komunikasi, dan berbagai isu strategis. Peta politik ini sangat penting dimiliki oleh setiap kandidat. Peta politik ini akan menuntun kandidat untuk menentukan jalan yang paling efektif dan efsien untuk mencapai tujuan. Ibarat seseorang yang akan menuju suatu tempat, bila ia membawa peta kandidat tidak akan tersesat di jalan dan bahkan bisa menentukan jalan mana dan kendaraan apa yang akan ia gunakan untuk mencapai tujuan secara cepat dan efisien. Dengan peta politik ini kandidat juga akan mengetahui berbagai kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan pesaingnya. Dengan memiliki peta politik ini kandidat tidak akan terkecoh atau terpancing dengan berbagai informasi atau isu yang menyesatkan. Kandidat tetap bisa fokus dengan target dan sasaran yang harus ditempuh dan mengabaikan hal-hal yang tidak terlalu penting. 
Kepada kandidat kami sering menyitir pemikiran ahli filsafat perang Sun Tzu untuk menggambarkan pentingnya pemetaan politik. Sun Tzu mengatakan, ”Kenali diri sendiri, kenali lawan; maka kemenangan sudah pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan sempurna”. Dengan kata lain, Sun Tzu mengatakan bahwa sebelum berangkat ke medan perang, langkah awal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah melakukan pemetaan. Pemetaan yang menyangkut data-data tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri, lawan, medan pertempuran dan iklim yang bisa mempengaruhi jalannya pertempuran. Bila kita sudah mengenali kekuatan diri sendiri dan lawan, kita dah separuh jalan memenangkan peperangan. Dan apabila ditambah mengetahui medan pertempuran dan iklimnya, kita akan memenangkan pertempuran dengan sempurna. Berdasarkan filosofi Sun Tzu tersebut, kita bisa membuat empat pemetaan, yaitu ; 
1.Pemetaan diri sendiri : kekuatan dan kelemahan diri sendiri 
2. Pemetaan lawan: kekuatan dan kelemahan lawan 
3. Pemetaan medan pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih) 
4. Pemetaan iklim: isu-isu yang sedang berkembang 

Langkah Kedua : TETAPKAN TARGET SUARA REALISTIS 
Untuk memenangkan Pilkada kadang tidak perlu harus menang 80% suara, tapi cukup dengan 40% suara saja. Karena tidak ada bedanya antara menang Pilkada dengan 90% suara dengan 31% suara. Biasanya kandidat dan tim sukses hanya berhenti disini. Mereka hanya bilang pokoknya kita harus menang 75%. Bagaimana caranya? dari mana suara sebesar itu dan bagimana caranya tidak dijelaskan secara detail. Menentukan target ini bukan dilakukan secara sembarangan. Selama ini tim sukses dan kandidat dalam menentukan target suara dengan mematok target setinggi-tingginya tanpa ada dasar rasional yang kuat. Dan parahnya, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara meraih target tersebut. Membuat target disini, artinya kita menentukan target suara kemenangan dengan berdasarkan analisis kondisi yang ada, seperti kondisi modal sosial, politik dan finansial kandidat. Jangan sampai karena target suaranya terlalu besar tapi tidak mempertimbangkan kondisi finansial yang ada, kandidat kehabisan dana di tengah jalan. Membuat target suara disini juga akan memperinci target pencapaian suara per wilayah. Mungkin di wilayah A kita hanya menargetkan suara 10%, tapi di wilayah B kita mentargetkan suara 80%. 

Langkah Ketiga : MENDESAIN DAN MEMBANGUN MESIN 
Bila target suara sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara kita mencapai target suara tersebut. Untuk bisa mencapai target suara tersebut, kandidat harus memiliki mesin suara yang akan memobilisasi suara. Dua mesin suara yang harus dipahami oleh kandidat dan tim sukses yaitu Mesin Jaringan dan Mesin Pencitraan. Dalam pilkada kabupaten/kota, porsi mesin jaringan sangat dominan, kira-kira mencapai 75% porsinya. Bila di pilkada propinsi, porsi mesin jaringan mencapai 50% dan mesin pencitraan 50%. Sedangkan untuk pilpres, porsi mesin pencitraan lebih dominan mencapai 75% dan mesin jaringan hanya 25%. Mesin jaringan yang sudah tersedia biasanya adalah jaringan partai politik. Namun konyol bila kandidat hanya mengandalkan jaringan partai saja. Kandidat hanya membuat jaringan di luar jaringan partai. Semakin banyak jaringan yang dibuat akan semakin besar kekuatan mobilisasinya. Hanya konsekuensinya adalah semakin membengkakan biaya. Disinilah seninya, bagaimana dengan dana terbatas, kandidat bisa membuat mesin suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya di Jakarta, mobil dengan cc besar mungkin bisa mengangkut penumpang yang banyak, tp mobil besar boros bahan bakar dan tidak lincah bergerak dalam kemacetan. Sementara mobil dengan cc kecil mungkin tidak bisa menampung penumpang yang terlalu banyak, tapi bisa berjalan cepat menembus kemacetan. Begitulah analoginya. 

Langkah Keempat : MENG UP-GRADE MESIN SUARA 
Mesin jaringan yang paling efektif digunakan oleh kandidat adalah jaringan yang sudah eksis sebelumnya di masyarakat. Jaringan yang sudah eksis di masyarakat biasanya sudah memiliki jaringan yang luas dan mekanisme organisasi sudah berjalan. Namun bila kandidat tidak menemukan jaringan yang sudah eksis maka kandidat harus membuat atau menciptakanya. Persoalanya, jaringan yang sudah terbentuk harus dibekali kemampuan untuk "menjual". Jaringan ini adalah ibarat para sales yang menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Mereka harus kita beri target secara pasti berapa banyak mereka harus bisa menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kita. Mereka juga kita bekali dengan "ilmu" bagiamana cara menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Bila sebelumnya mereka hanya mampu menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kepada 1 orang, dengan kita lakukan pelatihan komunikasi politik mereka akan bisa menjual kepada 10 orang misalnya. Jaringan juga mesti kita rawat agar tidak dibajak oleh kandidat lain. 

Langkah Kelima : JALANKAN PROGRAM 
Bila mesin jaringan kita sudah siap, kita tinggal memberikan amunisi untuk mereka maju ke medan laga. Mereka menjalankan berbagai program yang telah kita rancang. Pada prinsipnya ada dua program yang harus dilakukan oleh kandidat atau tim sukses, yaitu program internal dan eksternal. Program internal menyangkut berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat elektabilitas kandidat. Program ekternal menyangkut berbagai program yang ditujukan kepada pesaing. Perlu diketahui bahwa seorang kandidat kadang menang pilkada bukan karena dia meraih dukungan yang besar dari pemilih..tetapi karena tidak ada kandidat lain yang suaranya lebih besar dari kandidat yang satu. Artinya, kandidat A menang pilkada dengan suara hanya 31% suara karena kandidat lain suaranya hanya mencapai 25%. 

Langkah Keenam : EVALUASI DAN MONITORING 
Bila semua sistem sudah berjalan, kandidat sebenarnya tinggal duduk manis. Dengan sudah terbangun sistem ini, akan terlihat elemen mana yang tidak berjalan atau tidak berjalan secara efektif. Bila ada mesin suara yang tidak berjalan, kandidat harus melakukan evaluasi, mencari jawaban mengapa mesin tidak berjalan dan mencarikan solusinya. Ada beberapa metode evaluasi dan monitoring yang bisa dilakukan oleh kandidat. 

Langkah Ketujuh : MENJAGA KEMENANGAN 
Ini adalah program yang harus dijalankan pada masa-masa krusial yaitu masa-masa menjelang pemungutan suara. Banyak hal yang harus dilakukan pada masa-masa ini. Banyak kandidat inginnya langsung potong kompas menjalankan program ini karena menyakini kunci kemenangan pada apa yang dilakukan pada masa ini. Pada masa ini ada program yang tidak nampak di permukaan dan ada yang nampak di permukaan. Beberapa program yang nampak dipermukaan adalah program pembekalan saksi dan program quick count. 

INTEGRITAS POLITICAL MARKETING 
Berikut ini akan dipaparkan secara bertahap suatu pendekatan political marketing yang dipadukan dengan integrasi pemasaran terpadu kampanye yang mesti dilakukan tim sukses kandidat agar bisa memenangkan Pilkada dengan sukses. Kiat suksesnya adalah dengan membuat strategi marketing campaign yang mesti terencana dan terarah layaknya sebuah strategi marketing perusahaan ketika akan melanjutkan bisnisnya di tahun depan agar bisa memenangkan pasar. 
1. Strategi Segmentasi : Memilah Pemilih Loyal dan tak Loyal. Umumnya keinginan seorang politisi ingin meraih suara paling terbanyak dari pemilih sehingga nantinya hasil perhitungan suara akan mengangkat dirinya sebagai pemimpin, tentu saja itu tidak mungkin. Dalam iklim yang kompetitif dengan kondisi multi partai yang saat sekarang berlaku di Indonesia tentu saja ini menjadi kendala besar. Karena karakter para pemilih sangat beragam. Aspirasi seorang pemilih bisa saja sama atau berbeda dengan aspirasi pemilih lainnya, selain itu perbedaan karakter juga akan menyebabkan mereka memberi respon yang berbeda terhadap pendekatan komunikasi tertentu. Para calon perlu memilah milah para pemilih menjadi beberapa kelompok berdasarkan karateristik tertentu. Proses pengelompokan pasar ini yang disebut segmentasi dan kelompok yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan dan para calon dapat memilih salah satu pendekatan atau mengkombinasikan beberapa pendekatan sebagai kerangka menyusun startegi pemasaran yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam memilah pemilih. Adapun pendekatan segmentasi yang dapat dilakukan dengan cara membuat segmentasi demografi. Segmentasi demografis digunakan untuk memilah para pemilih berdasarkan karakteristik demografis seperti usia, gender, agama, pendidikan, pekerjaan, kelas social-ekonomi dan sebagainya. Data pemilih dapat menggunakan data yang sudah disusun oleh lembaga BPS, KPUD, Panwaslu, atau data yang dirilis oleh lembaga pengamat pemilu, LSM dan lainnya sebagai acuan untuk memilah pemilih yang potensial dan dan tidak potensial. Perlu diperhatikan karakteristik demografis yang telah disebutkan terutama karakteristik segmentasi agama hingga saat ini masih merupakan salah satu pendekatan segmentasi yang penting untuk memahami karakter pemilih di Indonesia. Umumnya para pemilih yang memegang kuat ajaran agama cenderung memilih partai-partai agama atau partai yang dipersepsikan sebagai partai yang berlandaskan agama. Demikian pula segmen pemilih yang tidak memilih partai agama akan melirik partai yang memiliki landasan nasionalis dan pluralis. Bahkan koalisi partai agama dapat menjadi suatu cara pengumpulan suara dari simpatisan partai mereka dimana partai-partai tersebut ada yang mengusung salah satu calon sehingga dapat dimungkin suara akan menjadi banyak pada saat penghitungan suara. 

2. Targeting : Strategi Menjaring Pemilih Potensial. : Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa target pemilih potensial yang akan dibidik untuk menetapkan sasaran obyektif. Sebelum menentukan target sasaran terlebih dahulu kita mulai dengan memahami wilayah pemilihan. Masing-masing calon mesti melihat jumlah total pemilih disuatu wilayah pemilih yang ikut dalam pemilu lalu dengan membandingkan pemilih potensial yang ikut dengan jumlah suara minimal yang kemungkinan akan diraih. Dengan mengesampingkan kelompok golongan putih (non voter) maka akan didapat 3 target besar pemilih potensial : 
a. Para pendukung calon, di sini dapat di bagi 2 lagi : Pendukung inti atau lazim disebut basis massa, ini adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah pilihannya. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut partisan, merupakan massa pendukung yang kemungkinan masih bisa berubah pilihannya oleh faktor-faktor tertentu atau tawaran- tawaran tertentu. 
b. Para pendukung calon pesaing yang juga terdiri dari pendukung inti dan pendukung lapis kedua. 
c. Massa mengambang, yakni pemilih yang belum memutuskan kepada pihak mana suara akan diberikan. Massa ini juga dipilah menjadi dua, yakni Nonpartisipan dimana dari pemilu ke pemilu keputusan pilihan tidak menetap pada satu calon tertentu tapi bisa berubah-ubah tergantung faktor situasional. Partisipan yang pernah menjadi pendukung calon tertentu tapi akan mengubah pilihannya karena merasa aspirasinya tidak terpenuhi. 
Seperti yang ditemui dari hasil survei LSI menyebutkan tentang tiga faktor terpenting yang menjadi alasan para pemilih untuk memilih, yakni program (22 persen), kesukaan akan tokoh atau pemimpin partai (20 persen), dan kebiasaan (20 persen). 
1. Positioning : Citra Calon Dikenalnya figur calon oleh masyarakat luas merupakan persoalan yang sangat penting, bahkan komunikasi dengan menggunakan promosi yang jorr-jorran belumlah cukup untuk menempelkan citra seorang calon di memori setiap orang. Diperlukan suatu strategi pemasaran yang berkaitan dengan citra yang disebut dengan positioning, tahap ini merupakan suatu langkah yang sangat urgensi karena seperti mencari jendela di otak pemilih dan positioning bukanlah suatu strategi program-program kerja, visi dan misi, dll, tetapi strategi komunikasi karena menyangkut mind game yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat sebab berhubungan dengan cara konsumen memproses & menyimpan informasi. 
2. Menangkap Simpati Pemilih : Setelah membuat strategi kampanye maka ditambah dengan strategi Integrasi Komunikasi Pemasaran yang disusun dengan skema perencanaan yang terarah dan sistemastis, seperti membuat matriks perencanaan kampanye, menentukan kampanye individual dan massa, periklanan, humas, direct mail, komunikasi lewat media cetak dan elektronik, desain kampanye, hingga perencanaan biaya komunikasi pemasaran selama kampanye. 

Salah satu hal penting yang perlu dipahami oleh kandidat adalah tentang fase-fase penting dalam memenangkan Pilkda, yaitu : 

Fase Pertama adalah Fase Peningkatan Modal Sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat benar-benar terjun ke masyarakat. Kandidat banyak melakukan sosialisasi di masyarakat. Kandidat melakukan kerja-kerja sosial. Jangan pernah berpikir bahwa modal sosial ini bisa diciptakan secara instant. Semakin lama fase ini dilalui oleh kandidat akan semakin kuat akar sosial kandidat di masyarakat. Semakin kuat modal sosial akan memperluas jaringan sosial kandidat di masyarakat. Besarnya modal sosial yang dipupuk oleh kandidat akan dapat menekan biaya finansial yang harus dikeluarkan oleh kandidat. Bahka pada tahap tertentu, justru pemilih yang akan secara suka rela mengeluarkan dana dan tenaga untuk mendukung kandidat. 

Fase Kedua adalah Fase Meraih Dukungan Politik. Fase ini fase dimana kandidat berhasil mendapat dukungan dari partai politik. Kandidat memperoleh tiket pencalonan di KPU. Pada fase ini yang dibutuhkan adalah loby politik dan kekuatan finansial. Kedekatan dengan elit politik menjadi faktor penting. Hal ini penting untuk meyakinkan elit partai bahwa kandidat tersebut adalah orang yang punya potensi besar untuk memenangkan Pilkada. Kandidat juga harus menyakinkan elit partai bahwa kemenangan kandidat tersebut akan menguntungkan partai untuk kurun 5 tahun kedepan. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum, untuk mendapatkan tiket partai, kandidat juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Suka tidak suka ini lah konsekuensi dari sistem demokrasi liberal yang kita anut.

Fase Ketiga adalah Fase Memobilisasi Dukungan Pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pilkada. Disini kandidat dituntut untuk bagaimana menggerakan mesin mobilisasi (jaringan sosial) dan mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan pada fase ini. Bila dipandang perlu, konsultan politik bisa diminta bantuanya untuk mendampingi. 

THE MARKETING CONCEPT + THE SELLING CONCEPT = DEMAND MANAGEMENT 
Setelah kita mengetahui pengertian dasar dari berbagai konsep-konsep dasar Political Marketing, ada baiknya jika sekarang kita mulai memformulasikan contoh-contoh konsep tersebut menjadi format promo media kreatif mungkin dapat diimplementasikan dalam upaya pemenangan pemilihan kepala daerah yang memiliki nilai demand tinggi di masyarakat. 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll pada TV-Station local. 
Spesifikasi : 
· Blocking acara/event on TV 
· Blocking Spot/Run Teks 
· Blocking Equipment List ( backdrop, doorprise,etc.) 
Keuntungan : 
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll lebih luas, Lebih cepat dikenal secara langsung 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll dengan metode Cafe to Cafe 
Spesifikasi : 
· Blocking Event 
· Semi Blocking event 
· Selling program-program kerja, visi dan misi, dll 
· Stikerisasi 
· Introduction product 
Keuntungan: 
Memperkenalkan program-program kerja, visi dan misi, dll pada konsumen secara langsung 
Melakukan pencitraan kandidat secara langsung 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll on air 
Spesifikasi : 
· media Radio 
· format acara On Air 
· Rally with Radio 
· Doorprise 
· Stikerisasi 
Keuntungan : 
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll untuk mengetahui animo konsumen 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll With Community 
Spesifikasi : 
· automotif Community 
· Football Community 
· Bursa Mobil 
· Selling program-program kerja, visi dan misi, dll 
· Bengkel 
Keuntungan : 
pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll kepada kelompok/komunitas dengan tujuan untuk mengikat kelompok/komunitas tersebut sebagai konstituen militan yang dapat dimobilisasi secara berkelompok. 

Additional Promo 
Spesifikasi: 
· Spanduk 
· Umbul – umbul 
· Leaflet, poster,Etc. 
· Media elektronik 

APLIKASI MODEL KAMPANYE 
Setelah kita mengetahui 2 (dua) konsep “kampanye kreatif” tersebut diatas, maka kini akan dibahas mengenai perpaduan aplikasi kedua konsep tersebut. 
Berbagai model aplikasi kampanye Edu-Politic yang dipadu dengan Polical marketing yang dapat diterapkan antara lain adalah : 
· Mengadakan Pendidikan Singkat secara Gratis kepada para Pemilih Pemula yang meliputi ; Kursus Komputer, Kursus Bahasa Inggris, dan kursus-kursus/pelatihan keterampilan lainnya secara masal dan intensif. 
· Membagikan buku saku (Komputer / Bahasa Inggris / Kamus Kosakata / Rumus-rumus matematika / Berhitung dengan Teknik Jarimatika, Contoh Soal UAN/UAS dan SMPTN, dll) melalui lembaga-lembaga pendidikan/SMU. 
· Mengadakan Kemah Ilmu Pengetahuan : Memadukan konsep cinta lingkungan dengan Ilmu Pengetahuan (Komputer/matematika/bahasa inggris, dll), sekaligus diisi pula dengan berbagai kegiatan outbound. 
· Menyelenggarakan Seminar atau Workshop bagi masyarakat dan para pendidik 
Kegiatan-kegiatan tersebut diatas lebih diprioritaskan pada Pemilih pemula (Kelas III SMU/SMK/MA, Mahasiswa, dan fresh-graduater). 
Namun demikian, materi umum lainnya yang dapat diberikan bagi masyarakat umum, dapat dilakukan berbagai jenis kegiatan pelatihan umum lainnya, antara lain : 
· Untuk pelajar misalnya The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, Cara Meraih Nilai A, Mind Mapping, Super Brain Memory atau teknik melamar kerja. 
· Untuk mahasiswa dan pemuda: The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik , kewirausahaan, kiat melamar kerja, teknik menulis, dll 

· Untuk orangdewasa yang seperti The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, brain power for healing, dll 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar