Kamis, 29 November 2012

Rabu, 28 November 2012

LOGO DAN MASKOT PEMILUKADA PULPIS

INILAH LOGO PEMILUKADA KABUPATEN PULANG PISAU TAHUN 2013



DAN, INILAH MASKOT PEMILUKADA KABUPATEN PULANG PISAU 2013


Untuk masyarakat yang memerlukan Master Logo dan Maskot Pemilukada Kabupaten Pulpis 2013 tersebut, dapat menghubungi Administrator Blog melalui SMS ke No. 081251686111 atau dapat juga melalui Email : pinasticyber@yahoo.co.id.


Rabu, 07 November 2012

Tujuh Langkah Memenangkan Pilkada

Tulisan ini adalah sinopsis dari buku "Tujuh Langkah Memenangkan Pilkada". Saat ini buku ini belum diterbitkan dan masih dalam penulisan akhir. Beberapa bab dalam buku ini belum bisa ditampilkan disini. LKPI berencana menerbitkan tulisan ini karena cukup banyak permintaan dari berbagai pihak. Semoga tulisan ini bisa segera diterbitkan dalam bentuk buku.

Tulisan ini berasal dari "catatan harian" para konsultan politik. Tulisan ini diambil dari pengalaman para konsultan di lapangan. Berbeda dengan beberapa tulisan yang ditulis oleh pengamat politik yang ditulis dari belakang meja, tulisan ini berangkat dari permasalahan yang ada di lapangan. 

Langkah Pertama adalah Melakukan Pemetaaan Politik.
Pemetaan politik adalah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan diri dan lawan, kondisi "medan pertempuran, "iklim" medan pertempuran dan media komunikasi. Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan, peta politik ini bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Banyak kandidat telah sadar akan pentingnya pemetaan politik. Namun sayang, kebanyakan mereka menggunakan asumsi dalam melakukan pemetaan ini. Pemetaan politik yang paling akurat adalah dengan melakukan survei. Dengan melakukan survei, kandidat dapat mengumpulkan berbagai informasi sangat penting dan akurat. 

Langkah Kedua adalah Membuat Target Suara.
Untuk memenangkan Pilkada kadang tidak perlu harus menang 80% suara, tapi cukup dengan 40% suara saja. Karena tidak ada bedanya antara menang Pilkada dengan 90% suara dengan 31% suara. Biasanya kandidat dan tim sukses hanya berhenti disini. Mereka hanya bilang pokoknya kita harus menang 75%. Bagaimana caranya? dari mana suara sebesar itu dan bagimana caranya tidak dijelaskan secara detail. Menentukan target ini bukan dilakukan secara sembarangan. Selama ini tim sukses dan kandidat dalam menentukan target suara dengan mematok target setinggi-tingginya tanpa ada dasar rasional yang kuat. Dan parahnya, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara meraih target tersebut. Membuat target disini, artinya kita menentukan target suara kemenangan dengan berdasarkan analisis kondisi yang ada, seperti kondisi modal sosial, politik dan finansial kandidat. Jangan sampai karena target suaranya terlalu besar tapi tidak mempertimbangkan kondisi finansial yang ada, kandidat kehabisan dana di tengah jalan. Membuat target suara disini juga akan memperinci target pencapaian suara per wilayah. Mungkin di wilayah A kita hanya menargetkan suara 10%, tapi di wilayah B kita mentargetkan suara 80%. 

Langkah Ketiga adalah Mendesain dan Membangun Mesin Suara
Bila target suara sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara kita mencapai target suara tersebut. Untuk bisa mencapai target suara tersebut, kandidat harus memiliki mesin suara yang akan memobilisasi suara. Bagiamana struktur dan sistem tim sukses yang efektif akan dibahas disini. Disini akan dijelaskan dua mesin suara yang harus dipahami oleh kandidat dan tim sukses yaitu Mesin Jaringan dan Mesin Pencitraan. Dalam pilkada kabupaten/kota, porsi mesin jaringan sangat dominan, kira-kira mencapai 75% porsinya. Bila di pilkada propinsi, porsi mesin jaringan mencapai 50% dan mesin pencitraan 50%. Sedangkan untuk pilpres, porsi mesin pencitraan lebih dominan mencapai 75% dan mesin jaringan hanya 25%. Mesin jaringan yang sudah tersedia biasanya adalah jaringan partai politik. Namun konyol bila kandidat hanya mengandalkan jaringan partai saja. Kandidat hanya membuat jaringan di luar jaringan partai. Semakin banyak jaringan yang dibuat akan semakin besar kekuatan mobilisasinya. Hanya konsekuensinya adalah semakin membengkakan biaya. Disini lah seninya, bagaimana dengan dana terbatas, kandidat bisa membuat mesin suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya di Jakarta, mobil dengan cc besar mungkin bisa mengangkut penumpang yang banyak, tp mobil besar boros bahan bakar dan tidak lincah bergerak dalam kemacetan. Sementara mobil dengan cc kecil mungkin tidak bisa menampung penumpang yang terlalu banyak, tapi bisa berjalan cepat menembus kemacetan. Begitulah analoginya. 

Langkah Keempat adalah Meng Up-grade Mesin Suara
Mesin jaringan yang paling efektif digunakan oleh kandidat adalah jaringan yang sudah eksis sebelumnya di masyarakat. Jaringan yang sudah eksis di masyarakat biasanya sudah memiliki jaringan yang luas dan mekanisme organisasi sudah berjalan. Namun bila kandidat tidak menemukan jaringan yang sudah eksis maka kandidat harus membuat atau menciptakanya. Persoalanya, jaringan yang sudah terbentuk harus dibekali kemampuan untuk "menjual". Jaringan ini adalah ibarat para sales yang menjual produk. Mereka harus kita beri target secara pasti berapa banyak mereka harus bisa menjual produk kita. Mereka juga kita bekali dengan "ilmu" bagiamana cara menjual produk. Bila sebelumnya mereka hanya mampu menjual produk kepada 1 orang, dengan kita lakukan pelatihan komunikasi politik mereka akan bisa menjual kepada 10 orang misalnya. Jaringan juga mesti kita rawat agar tidak dibajak oleh kandidat lain. 

Langkah Kelima adalah Menjalankan Program
Bila mesin jaringan kita sudah siap, kita tinggal memberikan amunisi untuk mereka maju ke medan laga. Mereka menjalankan berbagai program yang telah kita rancang. Pada prinsipnya ada dua program yang harus dilakukan oleh kandidat atau tim sukses, yaitu program internal dan eksternal. Program internal menyangkut berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat elektabilitas kandidat. Program ekternal menyangkut berbagai program yang ditujukan kepada pesaing. Perlu diketahui bahwa seorang kandidat kadang menang pilkada bukan karena dia meraih dukungan yang besar dari pemilih..tetapi karena tidak ada kandidat lain yang suaranya lebih besar dari kandidat yang satu. Artinya, kandidat A menang pilkada dengan suara hanya 31% suara karena kandidat lain suaranya hanya mencapai 25%. 

Langkah Keenam adalah Evaluasi dan Monitoring
Bila semua sistem sudah berjalan, kandidat sebenarnya tinggal duduk manis. Dengan sudah terbangun sistem ini, akan terlihat elemen mana yang tidak berjalan atau tidak berjalan secara efektif. Bila ada mesin suara yang tidak berjalan, kandidat harus melakukan evaluasi, mencari jawaban mengapa mesin tidak berjalan dan mencarikan solusinya. Ada beberapa metode evaluasi dan monitoring yang bisa dilakukan oleh kandidat. Dalam bab ini akan dijelaskan secara rinci soal evaluasi dan monitoring. 

Langkah Ketujuh adalah Menjaga Kemenangan
Ini adalah program yang harus dijalankan pada masa-masa krusial yaitu masa-masa menjelang pemungutan suara. Banyak hal yang harus dilakukan pada masa-masa ini. Banyak kandidat inginnya langsung potong kompas menjalankan program ini karena menyakini kunci kemenangan pada apa yang dilakukan pada masa ini. Pada masa ini ada program yang tidak nampak di permukaan dan ada yang nampak di permukaan. Beberapa program yang nampak dipermukaan adalah program pembekalan saksi dan program quick count. Bab ini akan menjelaskan secara detail program-program apa saja yang biasa dilakukan pada masa-masa ini. 

Demikian ringkasan dari tujuh langkah yang harus dilakukan untuk memenangkan pilkada. Dalam tulisan kami berikan kasus-kasus di lapangan. Namun begitu, kami tidak akan menyebut secara jelas nama dan lokasi tempat kejadian. 


Terima kasih.
Dendi Susianto

PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN KREATIFITAS MEDIA KOMUNIKASI “EDU-POLITIC” DAN “POLITICAL MARKETING”

Oleh : R. ARIEF DARMAWAN.S, ATD 
Pimpinan dan Pendiri Pinasticyber Multimedia Community Palangkaraya 
(Komunitas dan Studio Desain Grafis berbasis Masyarakat) 

PENDAHULUAN 
Dari sudut pandang perkembangan era domokrasi, Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang saat ini diterapkan di Indonesia perlu diacungi jempol karena ini akan mendidik masyarakat Indonesia menjadi dewasa dalam berpolitik. Namun Sebaliknya sistem Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), akan menjadi bencana manakala, para calon menggunakan cara-cara yang tidak simpatik seperti money politic, intimidasi, atau cara-cara lain yang tidak terpuji. Money politic akan mengakibatkan keharusan balas jasa ketika calon telah terpilih menjadi Kepala Daerah. 
Money politic dan intimidasi atau cara tidak jujur jelas akan menciptakan simpati jangka pendek dan menyengsarakan masyarakat dalam jangka panjang. 

EDU-POLITIC 
Secara umum, Pemenangan Pemilihan Kepala Daerah melalui Edu-Politic dapat diartikan sebagai upaya pemenangan calon Kepala Daerah dengan memberikan pendidikan atau pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki efek jangka panjang dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun. 
Sedangkan Media Komunikasi Kreatif adalah merupakan kreatifitas pemilihan dan pemanfaatan media komunikasi sebagai media dalam menyampaikan visi, missi, pesan dan atau program kerja kepada masyarakat secara tepat guna dan tepat sasaran. 
Dalam kaitan ini, Edu-Politic merupakan salah satu bentuk kreatifitas media komunikasi yang mulai banyak digunakan dan terbukti membawa dampak positif dalam kehidupan berpolitik masyarakat Indonesia. 
Pemanfaatan konsep edu-politic sebagai media komunikasi dalam “pencitraan” calon Kepala Daerah akan berdampak jangka panjang dan cenderung dapat membentuk militansi positif kehidupan politik masyarakat. 
Secara konseptual, kreatifitas dalam menyiasati pemanfaatan media komunikasi tidak terlepas dari Konsep “Political Marketing”, dimana dalam kaitan ini Sang Kandidat berupaya secara positif “mempengaruhi” masyarakat pemilih untuk mengikuti dan memilih program-program “ajakan” yang ditawarkan. 

KONSEP DASAR “POLITICAL MARKETING” 
Secara umum, konsep dasar media komunikasi dalam “political Marketing” dibagi dalam 2 aspek : 
1. Aspek “Above The Line” (ATL) : dimana pada aspek ini para kandidat mempromosikan diri melalui saluran-saluran media massa (Surat kabar, Televisi, Radio, dan lain-lain) 
2. Aspek “Bellow The Line” (BTL) : dimana pada aspek mini para kandidat mempromosikan dirinya melalui media cetak (Brosur, flyer, spanduk, baliho, sticker, kaos, dan lain-lain) 
Kedua aspek ini harus dapat dikemas sedemikian rupa dan sekreatif mungkin sehingga dapat berjalan secara bekesinambungan satu dengan yang lain. 
Dalam kaitan ini, terjadi pergeseran paradigma dari konsep “Political War” dan debat-debat yang penuh intrik bahkan cenderung “black campaign” yang saling menjatuhkan menjadi “Marketing War” yang kreatif, inovatif dan persuasif. Bahkan bila dikemas dalam suatu integrasi komunikasi pemasaran yang baik maka dia akan menjadi tontonan yang menarik ketimbang penuh konflik. 
Inti dari semua aspek dan konsep “Marketing War” adalah : “STOP MENJUAL JANJI SURGA DAN JANJI-JANJI MANIS”! Selalu Fokus pada hal-hal strategis, yaitu ”Voter Market” (Masyarakat Pemilih), mengingat kondisi pemilih sekarang sudah cerdas dan pintar memilah dan menilai dari penawaran program kerja yang akan diusung oleh kandidat. Serta jangan pernah takut dengan sikap lawan yang menggunakan dan atau ”mengedepankan” cara ”money politic”, karena bagi masyarakat pemilih, lebih baik mengambil ”uangnya” dan ”menendang” jauh si pemberi. Sekali lagi, tetap fokus pada ”voter market”, bentuk militansi-militansi kecil namun efektif sebagai ujung tombak marketing leader. 
Sehingga pada akhirnya, dalam konsep Political Marketing pada intinya adalah memadukan The Marketing Concept dan The Selling Concept menjadi Demand Management yang terformat dalam bentuk berbagai media komunikasi kreatif. 

LANGKAH-LANGKAH PEMENANGAN 
Berdasarkan pengalaman yang penulis hadapi saat menjadi Tim Kreatif salah satu Pasangan Calon Gubernur Kalimantan Tengah, serta berdasarkan referensi yang Penulis pelajari, secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah utama dalam upaya pemenangan Pemeilihan Kepala Daerah, yaitu : 

Langkah Pertama : PEMETAAN POLITIK 
Pemetaan politik adalah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan diri dan lawan, kondisi "medan pertempuran, "iklim" medan pertempuran dan media komunikasi. Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan, peta politik ini bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Banyak kandidat telah sadar akan pentingnya pemetaan politik. Namun sayang, kebanyakan mereka menggunakan asumsi dalam melakukan pemetaan ini. Pemetaan politik yang paling akurat adalah dengan melakukan survei. Dengan melakukan survei, kandidat dapat mengumpulkan berbagai informasi sangat penting dan akurat. Peta politik adalah seperangkat informasi yang valid yang menggambarkan secara jelas menyangkut kandidat sendiri, pesaing, masyarakat (pemilih), media komunikasi, dan berbagai isu strategis. Peta politik ini sangat penting dimiliki oleh setiap kandidat. Peta politik ini akan menuntun kandidat untuk menentukan jalan yang paling efektif dan efsien untuk mencapai tujuan. Ibarat seseorang yang akan menuju suatu tempat, bila ia membawa peta kandidat tidak akan tersesat di jalan dan bahkan bisa menentukan jalan mana dan kendaraan apa yang akan ia gunakan untuk mencapai tujuan secara cepat dan efisien. Dengan peta politik ini kandidat juga akan mengetahui berbagai kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan pesaingnya. Dengan memiliki peta politik ini kandidat tidak akan terkecoh atau terpancing dengan berbagai informasi atau isu yang menyesatkan. Kandidat tetap bisa fokus dengan target dan sasaran yang harus ditempuh dan mengabaikan hal-hal yang tidak terlalu penting. 
Kepada kandidat kami sering menyitir pemikiran ahli filsafat perang Sun Tzu untuk menggambarkan pentingnya pemetaan politik. Sun Tzu mengatakan, ”Kenali diri sendiri, kenali lawan; maka kemenangan sudah pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan sempurna”. Dengan kata lain, Sun Tzu mengatakan bahwa sebelum berangkat ke medan perang, langkah awal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah melakukan pemetaan. Pemetaan yang menyangkut data-data tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri, lawan, medan pertempuran dan iklim yang bisa mempengaruhi jalannya pertempuran. Bila kita sudah mengenali kekuatan diri sendiri dan lawan, kita dah separuh jalan memenangkan peperangan. Dan apabila ditambah mengetahui medan pertempuran dan iklimnya, kita akan memenangkan pertempuran dengan sempurna. Berdasarkan filosofi Sun Tzu tersebut, kita bisa membuat empat pemetaan, yaitu ; 
1.Pemetaan diri sendiri : kekuatan dan kelemahan diri sendiri 
2. Pemetaan lawan: kekuatan dan kelemahan lawan 
3. Pemetaan medan pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih) 
4. Pemetaan iklim: isu-isu yang sedang berkembang 

Langkah Kedua : TETAPKAN TARGET SUARA REALISTIS 
Untuk memenangkan Pilkada kadang tidak perlu harus menang 80% suara, tapi cukup dengan 40% suara saja. Karena tidak ada bedanya antara menang Pilkada dengan 90% suara dengan 31% suara. Biasanya kandidat dan tim sukses hanya berhenti disini. Mereka hanya bilang pokoknya kita harus menang 75%. Bagaimana caranya? dari mana suara sebesar itu dan bagimana caranya tidak dijelaskan secara detail. Menentukan target ini bukan dilakukan secara sembarangan. Selama ini tim sukses dan kandidat dalam menentukan target suara dengan mematok target setinggi-tingginya tanpa ada dasar rasional yang kuat. Dan parahnya, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara meraih target tersebut. Membuat target disini, artinya kita menentukan target suara kemenangan dengan berdasarkan analisis kondisi yang ada, seperti kondisi modal sosial, politik dan finansial kandidat. Jangan sampai karena target suaranya terlalu besar tapi tidak mempertimbangkan kondisi finansial yang ada, kandidat kehabisan dana di tengah jalan. Membuat target suara disini juga akan memperinci target pencapaian suara per wilayah. Mungkin di wilayah A kita hanya menargetkan suara 10%, tapi di wilayah B kita mentargetkan suara 80%. 

Langkah Ketiga : MENDESAIN DAN MEMBANGUN MESIN 
Bila target suara sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara kita mencapai target suara tersebut. Untuk bisa mencapai target suara tersebut, kandidat harus memiliki mesin suara yang akan memobilisasi suara. Dua mesin suara yang harus dipahami oleh kandidat dan tim sukses yaitu Mesin Jaringan dan Mesin Pencitraan. Dalam pilkada kabupaten/kota, porsi mesin jaringan sangat dominan, kira-kira mencapai 75% porsinya. Bila di pilkada propinsi, porsi mesin jaringan mencapai 50% dan mesin pencitraan 50%. Sedangkan untuk pilpres, porsi mesin pencitraan lebih dominan mencapai 75% dan mesin jaringan hanya 25%. Mesin jaringan yang sudah tersedia biasanya adalah jaringan partai politik. Namun konyol bila kandidat hanya mengandalkan jaringan partai saja. Kandidat hanya membuat jaringan di luar jaringan partai. Semakin banyak jaringan yang dibuat akan semakin besar kekuatan mobilisasinya. Hanya konsekuensinya adalah semakin membengkakan biaya. Disinilah seninya, bagaimana dengan dana terbatas, kandidat bisa membuat mesin suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya di Jakarta, mobil dengan cc besar mungkin bisa mengangkut penumpang yang banyak, tp mobil besar boros bahan bakar dan tidak lincah bergerak dalam kemacetan. Sementara mobil dengan cc kecil mungkin tidak bisa menampung penumpang yang terlalu banyak, tapi bisa berjalan cepat menembus kemacetan. Begitulah analoginya. 

Langkah Keempat : MENG UP-GRADE MESIN SUARA 
Mesin jaringan yang paling efektif digunakan oleh kandidat adalah jaringan yang sudah eksis sebelumnya di masyarakat. Jaringan yang sudah eksis di masyarakat biasanya sudah memiliki jaringan yang luas dan mekanisme organisasi sudah berjalan. Namun bila kandidat tidak menemukan jaringan yang sudah eksis maka kandidat harus membuat atau menciptakanya. Persoalanya, jaringan yang sudah terbentuk harus dibekali kemampuan untuk "menjual". Jaringan ini adalah ibarat para sales yang menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Mereka harus kita beri target secara pasti berapa banyak mereka harus bisa menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kita. Mereka juga kita bekali dengan "ilmu" bagiamana cara menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Bila sebelumnya mereka hanya mampu menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kepada 1 orang, dengan kita lakukan pelatihan komunikasi politik mereka akan bisa menjual kepada 10 orang misalnya. Jaringan juga mesti kita rawat agar tidak dibajak oleh kandidat lain. 

Langkah Kelima : JALANKAN PROGRAM 
Bila mesin jaringan kita sudah siap, kita tinggal memberikan amunisi untuk mereka maju ke medan laga. Mereka menjalankan berbagai program yang telah kita rancang. Pada prinsipnya ada dua program yang harus dilakukan oleh kandidat atau tim sukses, yaitu program internal dan eksternal. Program internal menyangkut berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat elektabilitas kandidat. Program ekternal menyangkut berbagai program yang ditujukan kepada pesaing. Perlu diketahui bahwa seorang kandidat kadang menang pilkada bukan karena dia meraih dukungan yang besar dari pemilih..tetapi karena tidak ada kandidat lain yang suaranya lebih besar dari kandidat yang satu. Artinya, kandidat A menang pilkada dengan suara hanya 31% suara karena kandidat lain suaranya hanya mencapai 25%. 

Langkah Keenam : EVALUASI DAN MONITORING 
Bila semua sistem sudah berjalan, kandidat sebenarnya tinggal duduk manis. Dengan sudah terbangun sistem ini, akan terlihat elemen mana yang tidak berjalan atau tidak berjalan secara efektif. Bila ada mesin suara yang tidak berjalan, kandidat harus melakukan evaluasi, mencari jawaban mengapa mesin tidak berjalan dan mencarikan solusinya. Ada beberapa metode evaluasi dan monitoring yang bisa dilakukan oleh kandidat. 

Langkah Ketujuh : MENJAGA KEMENANGAN 
Ini adalah program yang harus dijalankan pada masa-masa krusial yaitu masa-masa menjelang pemungutan suara. Banyak hal yang harus dilakukan pada masa-masa ini. Banyak kandidat inginnya langsung potong kompas menjalankan program ini karena menyakini kunci kemenangan pada apa yang dilakukan pada masa ini. Pada masa ini ada program yang tidak nampak di permukaan dan ada yang nampak di permukaan. Beberapa program yang nampak dipermukaan adalah program pembekalan saksi dan program quick count. 

INTEGRITAS POLITICAL MARKETING 
Berikut ini akan dipaparkan secara bertahap suatu pendekatan political marketing yang dipadukan dengan integrasi pemasaran terpadu kampanye yang mesti dilakukan tim sukses kandidat agar bisa memenangkan Pilkada dengan sukses. Kiat suksesnya adalah dengan membuat strategi marketing campaign yang mesti terencana dan terarah layaknya sebuah strategi marketing perusahaan ketika akan melanjutkan bisnisnya di tahun depan agar bisa memenangkan pasar. 
1. Strategi Segmentasi : Memilah Pemilih Loyal dan tak Loyal. Umumnya keinginan seorang politisi ingin meraih suara paling terbanyak dari pemilih sehingga nantinya hasil perhitungan suara akan mengangkat dirinya sebagai pemimpin, tentu saja itu tidak mungkin. Dalam iklim yang kompetitif dengan kondisi multi partai yang saat sekarang berlaku di Indonesia tentu saja ini menjadi kendala besar. Karena karakter para pemilih sangat beragam. Aspirasi seorang pemilih bisa saja sama atau berbeda dengan aspirasi pemilih lainnya, selain itu perbedaan karakter juga akan menyebabkan mereka memberi respon yang berbeda terhadap pendekatan komunikasi tertentu. Para calon perlu memilah milah para pemilih menjadi beberapa kelompok berdasarkan karateristik tertentu. Proses pengelompokan pasar ini yang disebut segmentasi dan kelompok yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan dan para calon dapat memilih salah satu pendekatan atau mengkombinasikan beberapa pendekatan sebagai kerangka menyusun startegi pemasaran yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam memilah pemilih. Adapun pendekatan segmentasi yang dapat dilakukan dengan cara membuat segmentasi demografi. Segmentasi demografis digunakan untuk memilah para pemilih berdasarkan karakteristik demografis seperti usia, gender, agama, pendidikan, pekerjaan, kelas social-ekonomi dan sebagainya. Data pemilih dapat menggunakan data yang sudah disusun oleh lembaga BPS, KPUD, Panwaslu, atau data yang dirilis oleh lembaga pengamat pemilu, LSM dan lainnya sebagai acuan untuk memilah pemilih yang potensial dan dan tidak potensial. Perlu diperhatikan karakteristik demografis yang telah disebutkan terutama karakteristik segmentasi agama hingga saat ini masih merupakan salah satu pendekatan segmentasi yang penting untuk memahami karakter pemilih di Indonesia. Umumnya para pemilih yang memegang kuat ajaran agama cenderung memilih partai-partai agama atau partai yang dipersepsikan sebagai partai yang berlandaskan agama. Demikian pula segmen pemilih yang tidak memilih partai agama akan melirik partai yang memiliki landasan nasionalis dan pluralis. Bahkan koalisi partai agama dapat menjadi suatu cara pengumpulan suara dari simpatisan partai mereka dimana partai-partai tersebut ada yang mengusung salah satu calon sehingga dapat dimungkin suara akan menjadi banyak pada saat penghitungan suara. 

2. Targeting : Strategi Menjaring Pemilih Potensial. : Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa target pemilih potensial yang akan dibidik untuk menetapkan sasaran obyektif. Sebelum menentukan target sasaran terlebih dahulu kita mulai dengan memahami wilayah pemilihan. Masing-masing calon mesti melihat jumlah total pemilih disuatu wilayah pemilih yang ikut dalam pemilu lalu dengan membandingkan pemilih potensial yang ikut dengan jumlah suara minimal yang kemungkinan akan diraih. Dengan mengesampingkan kelompok golongan putih (non voter) maka akan didapat 3 target besar pemilih potensial : 
a. Para pendukung calon, di sini dapat di bagi 2 lagi : Pendukung inti atau lazim disebut basis massa, ini adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah pilihannya. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut partisan, merupakan massa pendukung yang kemungkinan masih bisa berubah pilihannya oleh faktor-faktor tertentu atau tawaran- tawaran tertentu. 
b. Para pendukung calon pesaing yang juga terdiri dari pendukung inti dan pendukung lapis kedua. 
c. Massa mengambang, yakni pemilih yang belum memutuskan kepada pihak mana suara akan diberikan. Massa ini juga dipilah menjadi dua, yakni Nonpartisipan dimana dari pemilu ke pemilu keputusan pilihan tidak menetap pada satu calon tertentu tapi bisa berubah-ubah tergantung faktor situasional. Partisipan yang pernah menjadi pendukung calon tertentu tapi akan mengubah pilihannya karena merasa aspirasinya tidak terpenuhi. 
Seperti yang ditemui dari hasil survei LSI menyebutkan tentang tiga faktor terpenting yang menjadi alasan para pemilih untuk memilih, yakni program (22 persen), kesukaan akan tokoh atau pemimpin partai (20 persen), dan kebiasaan (20 persen). 
1. Positioning : Citra Calon Dikenalnya figur calon oleh masyarakat luas merupakan persoalan yang sangat penting, bahkan komunikasi dengan menggunakan promosi yang jorr-jorran belumlah cukup untuk menempelkan citra seorang calon di memori setiap orang. Diperlukan suatu strategi pemasaran yang berkaitan dengan citra yang disebut dengan positioning, tahap ini merupakan suatu langkah yang sangat urgensi karena seperti mencari jendela di otak pemilih dan positioning bukanlah suatu strategi program-program kerja, visi dan misi, dll, tetapi strategi komunikasi karena menyangkut mind game yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat sebab berhubungan dengan cara konsumen memproses & menyimpan informasi. 
2. Menangkap Simpati Pemilih : Setelah membuat strategi kampanye maka ditambah dengan strategi Integrasi Komunikasi Pemasaran yang disusun dengan skema perencanaan yang terarah dan sistemastis, seperti membuat matriks perencanaan kampanye, menentukan kampanye individual dan massa, periklanan, humas, direct mail, komunikasi lewat media cetak dan elektronik, desain kampanye, hingga perencanaan biaya komunikasi pemasaran selama kampanye. 

Salah satu hal penting yang perlu dipahami oleh kandidat adalah tentang fase-fase penting dalam memenangkan Pilkda, yaitu : 

Fase Pertama adalah Fase Peningkatan Modal Sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat benar-benar terjun ke masyarakat. Kandidat banyak melakukan sosialisasi di masyarakat. Kandidat melakukan kerja-kerja sosial. Jangan pernah berpikir bahwa modal sosial ini bisa diciptakan secara instant. Semakin lama fase ini dilalui oleh kandidat akan semakin kuat akar sosial kandidat di masyarakat. Semakin kuat modal sosial akan memperluas jaringan sosial kandidat di masyarakat. Besarnya modal sosial yang dipupuk oleh kandidat akan dapat menekan biaya finansial yang harus dikeluarkan oleh kandidat. Bahka pada tahap tertentu, justru pemilih yang akan secara suka rela mengeluarkan dana dan tenaga untuk mendukung kandidat. 

Fase Kedua adalah Fase Meraih Dukungan Politik. Fase ini fase dimana kandidat berhasil mendapat dukungan dari partai politik. Kandidat memperoleh tiket pencalonan di KPU. Pada fase ini yang dibutuhkan adalah loby politik dan kekuatan finansial. Kedekatan dengan elit politik menjadi faktor penting. Hal ini penting untuk meyakinkan elit partai bahwa kandidat tersebut adalah orang yang punya potensi besar untuk memenangkan Pilkada. Kandidat juga harus menyakinkan elit partai bahwa kemenangan kandidat tersebut akan menguntungkan partai untuk kurun 5 tahun kedepan. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum, untuk mendapatkan tiket partai, kandidat juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Suka tidak suka ini lah konsekuensi dari sistem demokrasi liberal yang kita anut.

Fase Ketiga adalah Fase Memobilisasi Dukungan Pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pilkada. Disini kandidat dituntut untuk bagaimana menggerakan mesin mobilisasi (jaringan sosial) dan mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan pada fase ini. Bila dipandang perlu, konsultan politik bisa diminta bantuanya untuk mendampingi. 

THE MARKETING CONCEPT + THE SELLING CONCEPT = DEMAND MANAGEMENT 
Setelah kita mengetahui pengertian dasar dari berbagai konsep-konsep dasar Political Marketing, ada baiknya jika sekarang kita mulai memformulasikan contoh-contoh konsep tersebut menjadi format promo media kreatif mungkin dapat diimplementasikan dalam upaya pemenangan pemilihan kepala daerah yang memiliki nilai demand tinggi di masyarakat. 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll pada TV-Station local. 
Spesifikasi : 
· Blocking acara/event on TV 
· Blocking Spot/Run Teks 
· Blocking Equipment List ( backdrop, doorprise,etc.) 
Keuntungan : 
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll lebih luas, Lebih cepat dikenal secara langsung 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll dengan metode Cafe to Cafe 
Spesifikasi : 
· Blocking Event 
· Semi Blocking event 
· Selling program-program kerja, visi dan misi, dll 
· Stikerisasi 
· Introduction product 
Keuntungan: 
Memperkenalkan program-program kerja, visi dan misi, dll pada konsumen secara langsung 
Melakukan pencitraan kandidat secara langsung 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll on air 
Spesifikasi : 
· media Radio 
· format acara On Air 
· Rally with Radio 
· Doorprise 
· Stikerisasi 
Keuntungan : 
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll untuk mengetahui animo konsumen 

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll With Community 
Spesifikasi : 
· automotif Community 
· Football Community 
· Bursa Mobil 
· Selling program-program kerja, visi dan misi, dll 
· Bengkel 
Keuntungan : 
pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll kepada kelompok/komunitas dengan tujuan untuk mengikat kelompok/komunitas tersebut sebagai konstituen militan yang dapat dimobilisasi secara berkelompok. 

Additional Promo 
Spesifikasi: 
· Spanduk 
· Umbul – umbul 
· Leaflet, poster,Etc. 
· Media elektronik 

APLIKASI MODEL KAMPANYE 
Setelah kita mengetahui 2 (dua) konsep “kampanye kreatif” tersebut diatas, maka kini akan dibahas mengenai perpaduan aplikasi kedua konsep tersebut. 
Berbagai model aplikasi kampanye Edu-Politic yang dipadu dengan Polical marketing yang dapat diterapkan antara lain adalah : 
· Mengadakan Pendidikan Singkat secara Gratis kepada para Pemilih Pemula yang meliputi ; Kursus Komputer, Kursus Bahasa Inggris, dan kursus-kursus/pelatihan keterampilan lainnya secara masal dan intensif. 
· Membagikan buku saku (Komputer / Bahasa Inggris / Kamus Kosakata / Rumus-rumus matematika / Berhitung dengan Teknik Jarimatika, Contoh Soal UAN/UAS dan SMPTN, dll) melalui lembaga-lembaga pendidikan/SMU. 
· Mengadakan Kemah Ilmu Pengetahuan : Memadukan konsep cinta lingkungan dengan Ilmu Pengetahuan (Komputer/matematika/bahasa inggris, dll), sekaligus diisi pula dengan berbagai kegiatan outbound. 
· Menyelenggarakan Seminar atau Workshop bagi masyarakat dan para pendidik 
Kegiatan-kegiatan tersebut diatas lebih diprioritaskan pada Pemilih pemula (Kelas III SMU/SMK/MA, Mahasiswa, dan fresh-graduater). 
Namun demikian, materi umum lainnya yang dapat diberikan bagi masyarakat umum, dapat dilakukan berbagai jenis kegiatan pelatihan umum lainnya, antara lain : 
· Untuk pelajar misalnya The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, Cara Meraih Nilai A, Mind Mapping, Super Brain Memory atau teknik melamar kerja. 
· Untuk mahasiswa dan pemuda: The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik , kewirausahaan, kiat melamar kerja, teknik menulis, dll 

· Untuk orangdewasa yang seperti The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, brain power for healing, dll 

DINASTI POLITIK, Salah Siapa ?!

“Renungan Politik Menjelang Pilkada Kota Kabupaten Pulang Pisau” 

Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang mempermasalahkan munculnya fenomena dinasti politik di Indonesia. Fenomena ini muncul seiring dengan diterapkannya sistem pemilu langsung untuk memilih kepala daerah atau Pilkada. Dinasti politik dalam bahasa sederhana diartikan sebagai sebuah rezim kekuasaan politik yang dijalankan secara turun-temurun oleh keluarga atau kerabat dekat. 

Beberapa contoh adalah penguasaan berbagai jabatan politik di Kabupaten Pulang Pisau Propinsi kalimantan Tengah oleh Keluarga “Amur”,di Propinsi Kalimantan Tengah oleh Keluarga “Narang”, di Propinsi Banten oleh keluarga Ratu Atut (gubernur Banten saat ini). Di Sulawesi Selatan, keluarga Yassin Limpo juga mengusai banyak jabatan-jabatan politik. Di Kabupaten Kendal Jawa Tengah: Widya Kandi Susanti menggantikan suaminya Hendry Boedoro, bupati Kendal yang sedang mendekam di kamar bui, lantaran terbukti menyelewengkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APND) Kendal. Di Kabupaten Ngawi Jawa Timur : Haryanti Sutrisno mengantikan suaminya Sutrisno menjadi bupati setelah bertarung melawan salah satunya adalah Nurlaila, yang tak lain dan tak bukan adalah istri muda Sutrisno. Di Indramayu, Jawa Barat: istri Bupati Irianto MS Syafiuddin (Yance) yang bernama Anna Sophanah juga dipastikan menang dalam pemilihan kepala daerah. Anna ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) meraup 60,78 persen suara bersama pasangan calon Wakil Bupati Supendi. 

Pertanyaanya, semua ini salah siapa? Menurut saya ada ada tiga (3) pihak yang bertanggung jawab atas munculnya fenomena ini. 

Pertama, masyarakat sendiri. Pilkada merupakan pemilu langsung. Dalam pemilu langsung dikenal “one man one vote”. Artinya semua tergantung dari pemilih (masyarakat) mau memilih siapa. Kalau kemudian kandidat yang terpilih selalu dari keluarga tertentu maka itu salah masyarakat sendiri. Mengapa masyarakat tetap memilih mereka? 

Kedua, Partai Politik. Kondisi masyarakat yang belum memiliki kesadaran politik tersebut adalah tanggung jawab partai. Partai politik selama ini tidak melakukan pedidikan politik. Partai politik hanya menjadi ajang untuk memperjuangkan kepentingan diri sendiri. Dalam prakteknya pengurus partai mudah dibeli oleh orang-orang yang ingin mencalonkan diri. Alih-alih melakukan pendidikan politik, partai politik justru senang mencari jalan pintas meraih kemenangan tanpa melihat lebih jauh siapa calon yang mereka dukung. 

Ketiga Perundangan yang mengatur Pilkada. Suami, istri, anak, menantu atau saudara dari pejabat tertentu yang ingin maju dalam Pilkada adalah tidak salah. Sebab sejauh ini memang tidak ada aturan yang melarang mereka untuk maju dalam Pilkada. Tidak ada satu pasal pun dalam undang-undang Pilkada yang melarang keikutsertaan mereka. Oleh sebab itu, untuk melarang mereka maju dalam Pilkada harus dilakukan amandemen undang-undang pilkada terlebih dahulu. Persoalan selanjutnya, apakah pelarangan mereka dalam pilkada tidak akan melanggar hak asasi manusia?. Karena bila prisipnya kompetisi dan kompetensi, tidak ada larangan mereka untuk maju dalam Pilkada. Oleh sebab itu, harus hati-hati dalam menyusun RUU Pilkada kedepan. 

Kini saatnya masyarakat mulai berfikir cerdas atas pilihannya. Memilih atas dasar Dinasti, kekerabatan dan ikatan keluarga TANPA diikuti Kemampuan, kreatifitas, wawasan dan profesionalisme tentu akan menghasilkan Pemimpin-pemimpin yang “berkutat” pada kepentingan “Golongan-nya” semata dan pada ujungnya, masalah pembangunan dan pengembangan potensi daerah akan menjadi prioritas setelah tujuan golongannya telah tercapai. 

Pemilih yang cerdas hanya akan memilih yang cerdas, yang profesional, dan yang tahu menempatkan orang yang tepat pada jabatan. 



Akhirnya, jangan terlalu berharap banyak dari Pemimpin yang dipilih atas dasar dinasti, kekerabatan dan ikatan keluarga semata. 

Pilihlah dengan Tepat dan Cerdas ! 



R. ARIEF DARMAWAN. S, ATD 
Tim Kreatif Pinasticyber Multimedia 



Selasa, 06 November 2012

7 Langkah Pemenangan Pilkada

Tulisan ini adalah sinopsis dari buku "Tujuh Langkah Memenangkan Pilkada". Saat ini buku ini belum diterbitkan dan masih dalam penulisan akhir. Beberapa bab dalam buku ini belum bisa ditampilkan disini. LKPI berencana menerbitkan tulisan ini karena cukup banyak permintaan dari berbagai pihak. Semoga tulisan ini bisa segera diterbitkan dalam bentuk buku.
Tulisan ini berasal dari "catatan harian" para konsultan politik. Tulisan ini diambil dari pengalaman para konsultan di lapangan. Berbeda dengan beberapa tulisan yang ditulis oleh pengamat politik yang ditulis dari belakang meja, tulisan ini berangkat dari permasalahan yang ada di lapangan.

Langkah Pertama adalah Melakukan Pemetaaan Politik.
Pemetaan politik adalah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan diri dan lawan, kondisi "medan pertempuran, "iklim" medan pertempuran dan media komunikasi. Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan, peta politik ini bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Banyak kandidat telah sadar akan pentingnya pemetaan politik. Namun sayang, kebanyakan mereka menggunakan asumsi dalam melakukan pemetaan ini. Pemetaan politik yang paling akurat adalah dengan melakukan survei. Dengan melakukan survei, kandidat dapat mengumpulkan berbagai informasi sangat penting dan akurat.

Langkah Kedua adalah Membuat Target Suara.
Untuk memenangkan Pilkada kadang tidak perlu harus menang 80% suara, tapi cukup dengan 40% suara saja. Karena tidak ada bedanya antara menang Pilkada dengan 90% suara dengan 31% suara. Biasanya kandidat dan tim sukses hanya berhenti disini. Mereka hanya bilang pokoknya kita harus menang 75%. Bagaimana caranya? dari mana suara sebesar itu dan bagimana caranya tidak dijelaskan secara detail. Menentukan target ini bukan dilakukan secara sembarangan. Selama ini tim sukses dan kandidat dalam menentukan target suara dengan mematok target setinggi-tingginya tanpa ada dasar rasional yang kuat. Dan parahnya, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara meraih target tersebut. Membuat target disini, artinya kita menentukan target suara kemenangan dengan berdasarkan analisis kondisi yang ada, seperti kondisi modal sosial, politik dan finansial kandidat. Jangan sampai karena target suaranya terlalu besar tapi tidak mempertimbangkan kondisi finansial yang ada, kandidat kehabisan dana di tengah jalan. Membuat target suara disini juga akan memperinci target pencapaian suara per wilayah. Mungkin di wilayah A kita hanya menargetkan suara 10%, tapi di wilayah B kita mentargetkan suara 80%.

Langkah Ketiga adalah Mendesain dan Membangun Mesin Suara
Bila target suara sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara kita mencapai target suara tersebut. Untuk bisa mencapai target suara tersebut, kandidat harus memiliki mesin suara yang akan memobilisasi suara. Bagiamana struktur dan sistem tim sukses yang efektif akan dibahas disini. Disini akan dijelaskan dua mesin suara yang harus dipahami oleh kandidat dan tim sukses yaitu Mesin Jaringan dan Mesin Pencitraan. Dalam pilkada kabupaten/kota, porsi mesin jaringan sangat dominan, kira-kira mencapai 75% porsinya. Bila di pilkada propinsi, porsi mesin jaringan mencapai 50% dan mesin pencitraan 50%. Sedangkan untuk pilpres, porsi mesin pencitraan lebih dominan mencapai 75% dan mesin jaringan hanya 25%. Mesin jaringan yang sudah tersedia biasanya adalah jaringan partai politik. Namun konyol bila kandidat hanya mengandalkan jaringan partai saja. Kandidat hanya membuat jaringan di luar jaringan partai. Semakin banyak jaringan yang dibuat akan semakin besar kekuatan mobilisasinya. Hanya konsekuensinya adalah semakin membengkakan biaya. Disini lah seninya, bagaimana dengan dana terbatas, kandidat bisa membuat mesin suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya di Jakarta, mobil dengan cc besar mungkin bisa mengangkut penumpang yang banyak, tp mobil besar boros bahan bakar dan tidak lincah bergerak dalam kemacetan. Sementara mobil dengan cc kecil mungkin tidak bisa menampung penumpang yang terlalu banyak, tapi bisa berjalan cepat menembus kemacetan. Begitulah analoginya.

Langkah Keempat adalah Meng Up-grade Mesin Suara
Mesin jaringan yang paling efektif digunakan oleh kandidat adalah jaringan yang sudah eksis sebelumnya di masyarakat. Jaringan yang sudah eksis di masyarakat biasanya sudah memiliki jaringan yang luas dan mekanisme organisasi sudah berjalan. Namun bila kandidat tidak menemukan jaringan yang sudah eksis maka kandidat harus membuat atau menciptakanya. Persoalanya, jaringan yang sudah terbentuk harus dibekali kemampuan untuk "menjual". Jaringan ini adalah ibarat para sales yang menjual produk. Mereka harus kita beri target secara pasti berapa banyak mereka harus bisa menjual produk kita. Mereka juga kita bekali dengan "ilmu" bagiamana cara menjual produk. Bila sebelumnya mereka hanya mampu menjual produk kepada 1 orang, dengan kita lakukan pelatihan komunikasi politik mereka akan bisa menjual kepada 10 orang misalnya. Jaringan juga mesti kita rawat agar tidak dibajak oleh kandidat lain.

Langkah Kelima adalah Menjalankan Program
Bila mesin jaringan kita sudah siap, kita tinggal memberikan amunisi untuk mereka maju ke medan laga. Mereka menjalankan berbagai program yang telah kita rancang. Pada prinsipnya ada dua program yang harus dilakukan oleh kandidat atau tim sukses, yaitu program internal dan eksternal. Program internal menyangkut berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat elektabilitas kandidat. Program ekternal menyangkut berbagai program yang ditujukan kepada pesaing. Perlu diketahui bahwa seorang kandidat kadang menang pilkada bukan karena dia meraih dukungan yang besar dari pemilih..tetapi karena tidak ada kandidat lain yang suaranya lebih besar dari kandidat yang satu. Artinya, kandidat A menang pilkada dengan suara hanya 31% suara karena kandidat lain suaranya hanya mencapai 25%.

Langkah Keenam adalah Evaluasi dan Monitoring
Bila semua sistem sudah berjalan, kandidat sebenarnya tinggal duduk manis. Dengan sudah terbangun sistem ini, akan terlihat elemen mana yang tidak berjalan atau tidak berjalan secara efektif. Bila ada mesin suara yang tidak berjalan, kandidat harus melakukan evaluasi, mencari jawaban mengapa mesin tidak berjalan dan mencarikan solusinya. Ada beberapa metode evaluasi dan monitoring yang bisa dilakukan oleh kandidat. Dalam bab ini akan dijelaskan secara rinci soal evaluasi dan monitoring.

Langkah Ketujuh adalah Menjaga Kemenangan
Ini adalah program yang harus dijalankan pada masa-masa krusial yaitu masa-masa menjelang pemungutan suara. Banyak hal yang harus dilakukan pada masa-masa ini. Banyak kandidat inginnya langsung potong kompas menjalankan program ini karena menyakini kunci kemenangan pada apa yang dilakukan pada masa ini. Pada masa ini ada program yang tidak nampak di permukaan dan ada yang nampak di permukaan. Beberapa program yang nampak dipermukaan adalah program pembekalan saksi dan program quick count. Bab ini akan menjelaskan secara detail program-program apa saja yang biasa dilakukan pada masa-masa ini.
Demikian ringkasan dari tujuh langkah yang harus dilakukan untuk memenangkan pilkada. Dalam tulisan kami berikan kasus-kasus di lapangan. Namun begitu, kami tidak akan menyebut secara jelas nama dan lokasi tempat kejadian.

Terima kasih.
Dendi Susianto

Tiga Fase Penting Bagi Kandidat Pilkada

Salah satu hal penting yang perlu dipahami oleh kandidat adalah tentang fase-fase penting dalam memenangkan Pilkada.

Fase Pertama adalah Fase Peningkatan Modal Sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat benar-benar terjun ke masyarakat. Kandidat banyak melakukan sosialisasi di masyarakat. Kandidat melakukan kerja-kerja sosial. Jangan pernah berpikir bahwa modal sosial ini bisa diciptakan secara instant. Semakin lama fase ini dilalui oleh kandidat akan semakin kuat akar sosial kandidat di masyarakat. Semakin kuat modal sosial akan memperluas jaringan sosial kandidat di masyarakat. Besarnya modal sosial yang dipupuk oleh kandidat akan dapat menekan biaya finansial yang harus dikeluarkan oleh kandidat. Bahka pada tahap tertentu, justru pemilih yang akan secara suka rela mengeluarkan dana dan tenaga untuk mendukung kandidat. 

Fase Kedua adalah Fase Meraih Dukungan Politik. Fase ini fase dimana kandidat berhasil mendapat dukungan dari partai politik. Kandidat memperoleh tiket pencalonan di KPU. Pada fase ini yang dibutuhkan adalah loby politik dan kekuatan finansial. Kedekatan dengan elit politik menjadi faktor penting. Hal ini penting untuk meyakinkan elit partai bahwa kandidat tersebut adalah orang yang punya potensi besar untuk memenangkan Pilkada. Kandidat juga harus menyakinkan elit partai bahwa kemenangan kandidat tersebut akan menguntungkan partai untuk kurun 5 tahun kedepan. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum, untuk mendapatkan tiket partai, kandidat juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Suka tidak suka ini lah konsekuensi dari sistem demokrasi liberal yang kita anut.

Fase Ketiga adalah Fase Memobilisasi Dukungan Pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pilkada. Disini kandidat dituntut untuk bagaimana menggerakan mesin mobilisasi (jaringan sosial) dan mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan pada fase ini. Bila dipandang perlu, konsultan politik bisa diminta bantuanya untuk mendampingi.

Diolah dari berbagai sumber

PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH MELALUI PENGEMBANGAN KREATIFITAS MEDIA KOMUNIKASI “EDU-POLITIC” DAN “POLITICAL MARKETING”

PENDAHULUAN
Dari sudut pandang perkembangan era domokrasi, Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang saat ini diterapkan di Indonesia perlu diacungi jempol karena ini akan mendidik masyarakat Indonesia menjadi dewasa dalam berpolitik. Namun Sebaliknya sistem Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), akan menjadi bencana manakala, para calon menggunakan cara-cara yang tidak simpatik seperti money politic, intimidasi, atau cara-cara lain yang tidak terpuji. Money politic akan mengakibatkan keharusan balas jasa ketika calon telah terpilih menjadi Kepala Daerah.
Money politic dan intimidasi atau cara tidak jujur jelas akan menciptakan simpati jangka pendek dan menyengsarakan masyarakat dalam jangka panjang.

EDU-POLITIC
Secara umum, Pemenangan Pemilihan Kepala Daerah melalui Edu-Politic dapat diartikan sebagai upaya pemenangan calon Kepala Daerah dengan memberikan pendidikan atau pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat sehingga memiliki efek jangka panjang dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Sedangkan Media Komunikasi Kreatif adalah merupakan kreatifitas pemilihan dan pemanfaatan media komunikasi sebagai media dalam menyampaikan visi, missi, pesan dan atau program kerja kepada masyarakat secara tepat guna dan tepat sasaran.
Dalam kaitan ini, Edu-Politic merupakan salah satu bentuk kreatifitas media komunikasi yang mulai banyak digunakan dan terbukti membawa dampak positif dalam kehidupan berpolitik masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan konsep edu-politic sebagai media komunikasi dalam “pencitraan” calon Kepala Daerah akan berdampak jangka panjang dan cenderung dapat membentuk militansi positif kehidupan politik masyarakat.
Secara konseptual, kreatifitas dalam menyiasati pemanfaatan media komunikasi tidak terlepas dari Konsep “Political Marketing”, dimana dalam kaitan ini Sang Kandidat berupaya secara positif “mempengaruhi” masyarakat pemilih untuk mengikuti dan memilih program-program “ajakan” yang ditawarkan.

KONSEP DASAR “POLITICAL MARKETING”
Secara umum, konsep dasar media komunikasi dalam “political Marketing” dibagi dalam 2 aspek :
Aspek “Above The Line” (ATL) : dimana pada aspek ini para kandidat mempromosikan diri melalui saluran-saluran media massa (Surat kabar, Televisi, Radio, dan lain-lain)
Aspek “Bellow The Line” (BTL) : dimana pada aspek mini para kandidat mempromosikan dirinya melalui media cetak (Brosur, flyer, spanduk, baliho, sticker, kaos, dan lain-lain)
Kedua aspek ini harus dapat dikemas sedemikian rupa dan sekreatif mungkin sehingga dapat berjalan secara bekesinambungan satu dengan yang lain.
Dalam kaitan ini, terjadi pergeseran paradigma dari konsep “Political War” dan debat-debat yang penuh intrik bahkan cenderung “black campaign” yang saling menjatuhkan menjadi “Marketing War” yang kreatif, inovatif dan persuasif. Bahkan bila dikemas dalam suatu integrasi komunikasi pemasaran yang baik maka dia akan menjadi tontonan yang menarik ketimbang penuh konflik.
Inti dari semua aspek dan konsep “Marketing War” adalah : “STOP MENJUAL JANJI SURGA DAN JANJI-JANJI MANIS”! Selalu Fokus pada hal-hal strategis, yaitu ”Voter Market” (Masyarakat Pemilih), mengingat kondisi pemilih sekarang sudah cerdas dan pintar memilah dan menilai dari penawaran program kerja yang akan diusung oleh kandidat. Serta jangan pernah takut dengan sikap lawan yang menggunakan dan atau ”mengedepankan” cara ”money politic”, karena bagi masyarakat pemilih, lebih baik mengambil ”uangnya” dan ”menendang” jauh si pemberi. Sekali lagi, tetap fokus pada ”voter market”, bentuk militansi-militansi kecil namun efektif sebagai ujung tombak marketing leader.
Sehingga pada akhirnya, dalam konsep Political Marketing pada intinya adalah memadukan The Marketing Concept dan The Selling Concept menjadi Demand Management yang terformat dalam bentuk berbagai media komunikasi kreatif.

LANGKAH-LANGKAH PEMENANGAN
Berdasarkan pengalaman yang penulis hadapi saat menjadi Tim Kreatif salah satu Pasangan Calon Gubernur Kalimantan Tengah, serta berdasarkan referensi yang Penulis pelajari, secara garis besar terdapat 7 (tujuh) langkah utama dalam upaya pemenangan Pemeilihan Kepala Daerah, yaitu :
Langkah Pertama : PEMETAAN POLITIK
Pemetaan politik adalah melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan diri dan lawan, kondisi "medan pertempuran, "iklim" medan pertempuran dan media komunikasi. Ibarat seorang yang akan melakukan perjalanan, peta politik ini bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Banyak kandidat telah sadar akan pentingnya pemetaan politik. Namun sayang, kebanyakan mereka menggunakan asumsi dalam melakukan pemetaan ini. Pemetaan politik yang paling akurat adalah dengan melakukan survei. Dengan melakukan survei, kandidat dapat mengumpulkan berbagai informasi sangat penting dan akurat. Peta politik adalah seperangkat informasi yang valid yang menggambarkan secara jelas menyangkut kandidat sendiri, pesaing, masyarakat (pemilih), media komunikasi, dan berbagai isu strategis. Peta politik ini sangat penting dimiliki oleh setiap kandidat. Peta politik ini akan menuntun kandidat untuk menentukan jalan yang paling efektif dan efsien untuk mencapai tujuan. Ibarat seseorang yang akan menuju suatu tempat, bila ia membawa peta kandidat tidak akan tersesat di jalan dan bahkan bisa menentukan jalan mana dan kendaraan apa yang akan ia gunakan untuk mencapai tujuan secara cepat dan efisien. Dengan peta politik ini kandidat juga akan mengetahui berbagai kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan pesaingnya. Dengan memiliki peta politik ini kandidat tidak akan terkecoh atau terpancing dengan berbagai informasi atau isu yang menyesatkan. Kandidat tetap bisa fokus dengan target dan sasaran yang harus ditempuh dan mengabaikan hal-hal yang tidak terlalu penting.
Kepada kandidat kami sering menyitir pemikiran ahli filsafat perang Sun Tzu untuk menggambarkan pentingnya pemetaan politik. Sun Tzu mengatakan, ”Kenali diri sendiri, kenali lawan; maka kemenangan sudah pasti ada di tangan. Kenali medan pertempuran, kenali iklim; maka kemenangan akan sempurna”. Dengan kata lain, Sun Tzu mengatakan bahwa sebelum berangkat ke medan perang, langkah awal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah melakukan pemetaan. Pemetaan yang menyangkut data-data tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri, lawan, medan pertempuran dan iklim yang bisa mempengaruhi jalannya pertempuran. Bila kita sudah mengenali kekuatan diri sendiri dan lawan, kita dah separuh jalan memenangkan peperangan. Dan apabila ditambah mengetahui medan pertempuran dan iklimnya, kita akan memenangkan pertempuran dengan sempurna. Berdasarkan filosofi Sun Tzu tersebut, kita bisa membuat empat pemetaan, yaitu ;
1.Pemetaan diri sendiri : kekuatan dan kelemahan diri sendiri
2. Pemetaan lawan: kekuatan dan kelemahan lawan
3. Pemetaan medan pertempuran: seluk beluk masyarakat (pemilih)
4. Pemetaan iklim: isu-isu yang sedang berkembang

Langkah Kedua : TETAPKAN TARGET SUARA REALISTIS
Untuk memenangkan Pilkada kadang tidak perlu harus menang 80% suara, tapi cukup dengan 40% suara saja. Karena tidak ada bedanya antara menang Pilkada dengan 90% suara dengan 31% suara. Biasanya kandidat dan tim sukses hanya berhenti disini. Mereka hanya bilang pokoknya kita harus menang 75%. Bagaimana caranya? dari mana suara sebesar itu dan bagimana caranya tidak dijelaskan secara detail. Menentukan target ini bukan dilakukan secara sembarangan. Selama ini tim sukses dan kandidat dalam menentukan target suara dengan mematok target setinggi-tingginya tanpa ada dasar rasional yang kuat. Dan parahnya, tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara meraih target tersebut. Membuat target disini, artinya kita menentukan target suara kemenangan dengan berdasarkan analisis kondisi yang ada, seperti kondisi modal sosial, politik dan finansial kandidat. Jangan sampai karena target suaranya terlalu besar tapi tidak mempertimbangkan kondisi finansial yang ada, kandidat kehabisan dana di tengah jalan. Membuat target suara disini juga akan memperinci target pencapaian suara per wilayah. Mungkin di wilayah A kita hanya menargetkan suara 10%, tapi di wilayah B kita mentargetkan suara 80%.

Langkah Ketiga : MENDESAIN DAN MEMBANGUN MESIN
Bila target suara sudah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana cara kita mencapai target suara tersebut. Untuk bisa mencapai target suara tersebut, kandidat harus memiliki mesin suara yang akan memobilisasi suara. Dua mesin suara yang harus dipahami oleh kandidat dan tim sukses yaitu Mesin Jaringan dan Mesin Pencitraan. Dalam pilkada kabupaten/kota, porsi mesin jaringan sangat dominan, kira-kira mencapai 75% porsinya. Bila di pilkada propinsi, porsi mesin jaringan mencapai 50% dan mesin pencitraan 50%. Sedangkan untuk pilpres, porsi mesin pencitraan lebih dominan mencapai 75% dan mesin jaringan hanya 25%. Mesin jaringan yang sudah tersedia biasanya adalah jaringan partai politik. Namun konyol bila kandidat hanya mengandalkan jaringan partai saja. Kandidat hanya membuat jaringan di luar jaringan partai. Semakin banyak jaringan yang dibuat akan semakin besar kekuatan mobilisasinya. Hanya konsekuensinya adalah semakin membengkakan biaya. Disinilah seninya, bagaimana dengan dana terbatas, kandidat bisa membuat mesin suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Ibarat kita berkendaraan di jalan raya di Jakarta, mobil dengan cc besar mungkin bisa mengangkut penumpang yang banyak, tp mobil besar boros bahan bakar dan tidak lincah bergerak dalam kemacetan. Sementara mobil dengan cc kecil mungkin tidak bisa menampung penumpang yang terlalu banyak, tapi bisa berjalan cepat menembus kemacetan. Begitulah analoginya.

Langkah Keempat : MENG UP-GRADE MESIN SUARA
Mesin jaringan yang paling efektif digunakan oleh kandidat adalah jaringan yang sudah eksis sebelumnya di masyarakat. Jaringan yang sudah eksis di masyarakat biasanya sudah memiliki jaringan yang luas dan mekanisme organisasi sudah berjalan. Namun bila kandidat tidak menemukan jaringan yang sudah eksis maka kandidat harus membuat atau menciptakanya. Persoalanya, jaringan yang sudah terbentuk harus dibekali kemampuan untuk "menjual". Jaringan ini adalah ibarat para sales yang menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Mereka harus kita beri target secara pasti berapa banyak mereka harus bisa menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kita. Mereka juga kita bekali dengan "ilmu" bagiamana cara menjual program-program kerja, visi dan misi, dll. Bila sebelumnya mereka hanya mampu menjual program-program kerja, visi dan misi, dll kepada 1 orang, dengan kita lakukan pelatihan komunikasi politik mereka akan bisa menjual kepada 10 orang misalnya. Jaringan juga mesti kita rawat agar tidak dibajak oleh kandidat lain.

Langkah Kelima : JALANKAN PROGRAM
Bila mesin jaringan kita sudah siap, kita tinggal memberikan amunisi untuk mereka maju ke medan laga. Mereka menjalankan berbagai program yang telah kita rancang. Pada prinsipnya ada dua program yang harus dilakukan oleh kandidat atau tim sukses, yaitu program internal dan eksternal. Program internal menyangkut berbagai program yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat elektabilitas kandidat. Program ekternal menyangkut berbagai program yang ditujukan kepada pesaing. Perlu diketahui bahwa seorang kandidat kadang menang pilkada bukan karena dia meraih dukungan yang besar dari pemilih..tetapi karena tidak ada kandidat lain yang suaranya lebih besar dari kandidat yang satu. Artinya, kandidat A menang pilkada dengan suara hanya 31% suara karena kandidat lain suaranya hanya mencapai 25%.

Langkah Keenam : EVALUASI DAN MONITORING
Bila semua sistem sudah berjalan, kandidat sebenarnya tinggal duduk manis. Dengan sudah terbangun sistem ini, akan terlihat elemen mana yang tidak berjalan atau tidak berjalan secara efektif. Bila ada mesin suara yang tidak berjalan, kandidat harus melakukan evaluasi, mencari jawaban mengapa mesin tidak berjalan dan mencarikan solusinya. Ada beberapa metode evaluasi dan monitoring yang bisa dilakukan oleh kandidat.

Langkah Ketujuh : MENJAGA KEMENANGAN
Ini adalah program yang harus dijalankan pada masa-masa krusial yaitu masa-masa menjelang pemungutan suara. Banyak hal yang harus dilakukan pada masa-masa ini. Banyak kandidat inginnya langsung potong kompas menjalankan program ini karena menyakini kunci kemenangan pada apa yang dilakukan pada masa ini. Pada masa ini ada program yang tidak nampak di permukaan dan ada yang nampak di permukaan. Beberapa program yang nampak dipermukaan adalah program pembekalan saksi dan program quick count.

INTEGRITAS POLITICAL MARKETING
Berikut ini akan dipaparkan secara bertahap suatu pendekatan political marketing yang dipadukan dengan integrasi pemasaran terpadu kampanye yang mesti dilakukan tim sukses kandidat agar bisa memenangkan Pilkada dengan sukses. Kiat suksesnya adalah dengan membuat strategi marketing campaign yang mesti terencana dan terarah layaknya sebuah strategi marketing perusahaan ketika akan melanjutkan bisnisnya di tahun depan agar bisa memenangkan pasar.
Strategi Segmentasi : Memilah Pemilih Loyal dan tak Loyal. Umumnya keinginan seorang politisi ingin meraih suara paling terbanyak dari pemilih sehingga nantinya hasil perhitungan suara akan mengangkat dirinya sebagai pemimpin, tentu saja itu tidak mungkin. Dalam iklim yang kompetitif dengan kondisi multi partai yang saat sekarang berlaku di Indonesia tentu saja ini menjadi kendala besar. Karena karakter para pemilih sangat beragam. Aspirasi seorang pemilih bisa saja sama atau berbeda dengan aspirasi pemilih lainnya, selain itu perbedaan karakter juga akan menyebabkan mereka memberi respon yang berbeda terhadap pendekatan komunikasi tertentu. Para calon perlu memilah milah para pemilih menjadi beberapa kelompok berdasarkan karateristik tertentu. Proses pengelompokan pasar ini yang disebut segmentasi dan kelompok yang dihasilkan disebut sebagai segmen. Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan dan para calon dapat memilih salah satu pendekatan atau mengkombinasikan beberapa pendekatan sebagai kerangka menyusun startegi pemasaran yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam memilah pemilih. Adapun pendekatan segmentasi yang dapat dilakukan dengan cara membuat segmentasi demografi. Segmentasi demografis digunakan untuk memilah para pemilih berdasarkan karakteristik demografis seperti usia, gender, agama, pendidikan, pekerjaan, kelas social-ekonomi dan sebagainya. Data pemilih dapat menggunakan data yang sudah disusun oleh lembaga BPS, KPUD, Panwaslu, atau data yang dirilis oleh lembaga pengamat pemilu, LSM dan lainnya sebagai acuan untuk memilah pemilih yang potensial dan dan tidak potensial. Perlu diperhatikan karakteristik demografis yang telah disebutkan terutama karakteristik segmentasi agama hingga saat ini masih merupakan salah satu pendekatan segmentasi yang penting untuk memahami karakter pemilih di Indonesia. Umumnya para pemilih yang memegang kuat ajaran agama cenderung memilih partai-partai agama atau partai yang dipersepsikan sebagai partai yang berlandaskan agama. Demikian pula segmen pemilih yang tidak memilih partai agama akan melirik partai yang memiliki landasan nasionalis dan pluralis. Bahkan koalisi partai agama dapat menjadi suatu cara pengumpulan suara dari simpatisan partai mereka dimana partai-partai tersebut ada yang mengusung salah satu calon sehingga dapat dimungkin suara akan menjadi banyak pada saat penghitungan suara.
Targeting : Strategi Menjaring Pemilih Potensial. : Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa target pemilih potensial yang akan dibidik untuk menetapkan sasaran obyektif. Sebelum menentukan target sasaran terlebih dahulu kita mulai dengan memahami wilayah pemilihan. Masing-masing calon mesti melihat jumlah total pemilih disuatu wilayah pemilih yang ikut dalam pemilu lalu dengan membandingkan pemilih potensial yang ikut dengan jumlah suara minimal yang kemungkinan akan diraih. Dengan mengesampingkan kelompok golongan putih (non voter) maka akan didapat 3 target besar pemilih potensial :
Para pendukung calon, di sini dapat di bagi 2 lagi : Pendukung inti atau lazim disebut basis massa, ini adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah pilihannya. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut partisan, merupakan massa pendukung yang kemungkinan masih bisa berubah pilihannya oleh faktor-faktor tertentu atau tawaran- tawaran tertentu.
Para pendukung calon pesaing yang juga terdiri dari pendukung inti dan pendukung lapis kedua.
Massa mengambang, yakni pemilih yang belum memutuskan kepada pihak mana suara akan diberikan. Massa ini juga dipilah menjadi dua, yakni Nonpartisipan dimana dari pemilu ke pemilu keputusan pilihan tidak menetap pada satu calon tertentu tapi bisa berubah-ubah tergantung faktor situasional. Partisipan yang pernah menjadi pendukung calon tertentu tapi akan mengubah pilihannya karena merasa aspirasinya tidak terpenuhi.
Seperti yang ditemui dari hasil survei LSI menyebutkan tentang tiga faktor terpenting yang menjadi alasan para pemilih untuk memilih, yakni program (22 persen), kesukaan akan tokoh atau pemimpin partai (20 persen), dan kebiasaan (20 persen).

Positioning : Citra Calon Dikenalnya figur calon oleh masyarakat luas merupakan persoalan yang sangat penting, bahkan komunikasi dengan menggunakan promosi yang jorr-jorran belumlah cukup untuk menempelkan citra seorang calon di memori setiap orang. Diperlukan suatu strategi pemasaran yang berkaitan dengan citra yang disebut dengan positioning, tahap ini merupakan suatu langkah yang sangat urgensi karena seperti mencari jendela di otak pemilih dan positioning bukanlah suatu strategi program-program kerja, visi dan misi, dll, tetapi strategi komunikasi karena menyangkut mind game yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat sebab berhubungan dengan cara konsumen memproses & menyimpan informasi.
Menangkap Simpati Pemilih : Setelah membuat strategi kampanye maka ditambah dengan strategi Integrasi Komunikasi Pemasaran yang disusun dengan skema perencanaan yang terarah dan sistemastis, seperti membuat matriks perencanaan kampanye, menentukan kampanye individual dan massa, periklanan, humas, direct mail, komunikasi lewat media cetak dan elektronik, desain kampanye, hingga perencanaan biaya komunikasi pemasaran selama kampanye.
Salah satu hal penting yang perlu dipahami oleh kandidat adalah tentang fase-fase penting dalam memenangkan Pilkda, yaitu :
Fase Pertama adalah Fase Peningkatan Modal Sosial. Fase ini dikenal juga dengan fase sosialisasi. Fase ini adalah fase dimana kandidat benar-benar terjun ke masyarakat. Kandidat banyak melakukan sosialisasi di masyarakat. Kandidat melakukan kerja-kerja sosial. Jangan pernah berpikir bahwa modal sosial ini bisa diciptakan secara instant. Semakin lama fase ini dilalui oleh kandidat akan semakin kuat akar sosial kandidat di masyarakat. Semakin kuat modal sosial akan memperluas jaringan sosial kandidat di masyarakat. Besarnya modal sosial yang dipupuk oleh kandidat akan dapat menekan biaya finansial yang harus dikeluarkan oleh kandidat. Bahka pada tahap tertentu, justru pemilih yang akan secara suka rela mengeluarkan dana dan tenaga untuk mendukung kandidat.
Fase Kedua adalah Fase Meraih Dukungan Politik. Fase ini fase dimana kandidat berhasil mendapat dukungan dari partai politik. Kandidat memperoleh tiket pencalonan di KPU. Pada fase ini yang dibutuhkan adalah loby politik dan kekuatan finansial. Kedekatan dengan elit politik menjadi faktor penting. Hal ini penting untuk meyakinkan elit partai bahwa kandidat tersebut adalah orang yang punya potensi besar untuk memenangkan Pilkada. Kandidat juga harus menyakinkan elit partai bahwa kemenangan kandidat tersebut akan menguntungkan partai untuk kurun 5 tahun kedepan. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum, untuk mendapatkan tiket partai, kandidat juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Suka tidak suka ini lah konsekuensi dari sistem demokrasi liberal yang kita anut.
Fase Ketiga adalah Fase Memobilisasi Dukungan Pemilih. Ini adalah fase atau babak final dari pertandingan Pilkada. Disini kandidat dituntut untuk bagaimana menggerakan mesin mobilisasi (jaringan sosial) dan mesin pencitraan (media komunikasi). Pengalaman dan strategi politik sangat diperlukan pada fase ini. Bila dipandang perlu, konsultan politik bisa diminta bantuanya untuk mendampingi.

THE MARKETING CONCEPT + THE SELLING CONCEPT = DEMAND MANAGEMENT
Setelah kita mengetahui pengertian dasar dari berbagai konsep-konsep dasar Political Marketing, ada baiknya jika sekarang kita mulai memformulasikan contoh-contoh konsep tersebut menjadi format promo media kreatif mungkin dapat diimplementasikan dalam upaya pemenangan pemilihan kepala daerah yang memiliki nilai demand tinggi di masyarakat.
Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll pada TV-Station local.
Spesifikasi :
Blocking acara/event on TV
Blocking Spot/Run Teks
Blocking Equipment List ( backdrop, doorprise,etc.)
Keuntungan :
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll lebih luas, Lebih cepat dikenal secara langsung

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll dengan metode Cafe to Cafe
Spesifikasi :
Blocking Event
Semi Blocking event
Selling program-program kerja, visi dan misi, dll
Stikerisasi
Introduction product
Keuntungan:
Memperkenalkan program-program kerja, visi dan misi, dll pada konsumen secara langsung
Melakukan pencitraan kandidat secara langsung

Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll on air
Spesifikasi :
media Radio
format acara On Air
Rally with Radio
Doorprise
Stikerisasi
Keuntungan :
Pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll untuk mengetahui animo konsumen
Promosi Program-program kerja, visi dan misi, dll With Community
Spesifikasi :
automotif Community
Football Community
Bursa Mobil
Selling program-program kerja, visi dan misi, dll
Bengkel
Keuntungan :
pengenalan program-program kerja, visi dan misi, dll kepada kelompok/komunitas dengan tujuan untuk mengikat kelompok/komunitas tersebut sebagai konstituen militan yang dapat dimobilisasi secara berkelompok.
Additional Promo
Spesifikasi:
Spanduk
Umbul – umbul
Leaflet, poster,Etc.
Media elektronik

APLIKASI MODEL KAMPANYE
Setelah kita mengetahui 2 (dua) konsep “kampanye kreatif” tersebut diatas, maka kini akan dibahas mengenai perpaduan aplikasi kedua konsep tersebut.
Berbagai model aplikasi kampanye Edu-Politic yang dipadu dengan Polical marketing yang dapat diterapkan antara lain adalah :
Mengadakan Pendidikan Singkat secara Gratis kepada para Pemilih Pemula yang meliputi ; Kursus Komputer, Kursus Bahasa Inggris, dan kursus-kursus/pelatihan keterampilan lainnya secara masal dan intensif.
Membagikan buku saku (Komputer / Bahasa Inggris / Kamus Kosakata / Rumus-rumus matematika / Berhitung dengan Teknik Jarimatika, Contoh Soal UAN/UAS dan SMPTN, dll) melalui lembaga-lembaga pendidikan/SMU.
Mengadakan Kemah Ilmu Pengetahuan : Memadukan konsep cinta lingkungan dengan Ilmu Pengetahuan (Komputer/matematika/bahasa inggris, dll), sekaligus diisi pula dengan berbagai kegiatan outbound.
Menyelenggarakan Seminar atau Workshop bagi masyarakat dan para pendidik

Kegiatan-kegiatan tersebut diatas lebih diprioritaskan pada Pemilih pemula (Kelas III SMU/SMK/MA, Mahasiswa, dan fresh-graduater).

Namun demikian, materi umum lainnya yang dapat diberikan bagi masyarakat umum, dapat dilakukan berbagai jenis kegiatan pelatihan umum lainnya, antara lain :
Untuk pelajar misalnya The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, Cara Meraih Nilai A, Mind Mapping, Super Brain Memory atau teknik melamar kerja.
Untuk mahasiswa dan pemuda: The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik , kewirausahaan, kiat melamar kerja, teknik menulis, dll
Untuk orangdewasa yang seperti The Secret of Brain Power, Change Mindset, Psikomagnetik, brain power for healing, dll

Oleh : R. ARIEF DARMAWAN.S, ATD
Ketua Tim Kreatif dan Pendiri Pinasticyber Multimedia Community Palangkaraya
(Komunitas dan Studio Desain Grafis berbasis Masyarakat)

Senin, 05 November 2012

Kumpulan Logo Partai Politik

Ayo..., unduh sepuasnya. Kumpulan Logo-logo Partai Politik dalam Format CDR' Silahkan unduh di http://www.4shared.com/account/dir/Qr5d1AsT/_online.html#dir=538668811

PKPU No. 14 DAN 15 Tahun 2012

Peraturan KPU No. 14 dan 15 tahun 2012, silahkan download di http://www.4shared.com/account/dir/Qr5d1AsT/_online.html#dir=538612337

PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2009

PERMENDAGRI NO. 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH, Silahkan download di  http://www.4shared.com/account/dir/Qr5d1AsT/_online.html#dir=538592985

PP No. 53 Tahun 2010 beserta Juklak dan Format Surat Teguran, Hukuman dan lain-lain

TERLENGKAP :
- PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Format Ms Word)
- PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NO. 21 TAHUN 2010 TENTANG
   KETENTUAN PELAKSANAAN PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI
  SIPIL
- FORMAT SURAT/SK-SK HUKUMAN DAN LAIN-LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PP
  53 TAHUN 2010 (Format Ms Word)

Silahkan download di : http://www.4shared.com/account/dir/Qr5d1AsT/_online.html#dir=538547917

Untuk mendownload file tersebut, anda dapat login ke 4shared.com dengan menggunakan account FB anda.

Minggu, 04 November 2012

Menunggu Logo dan Maskot Pilkada Pulpis 2013

Pelaksanaan Pesta Demokrasi, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulang Pisau periode 2013 - 2018, telah banyak menyita perhatian masyarakat Pulang Pisau. Hampir semua masyarakat, LSM dan pemerhati menyoroti semua aktivitas menjelang pelaksanaan Pesta Demokrasi ini.

Tak ayal lagi dengan pihak KPU Kabupaten Pulang Pisau, ditengah-tengah padatnya kegiatan sosialisasi dan verifikasi faktual Parpol, mereka (KPU) disibukan oleh masalah penentuan Maskot dan Logo Pilkada Pulang Pisau 2013 yang akan datang. Bahkan pada salah satu jejaring sosial (Facebook), salah seorang anggota KPU telah menginformasikan kepada masyarakat mengenai kemungkinan-kemungkinan adanya usulan dari kalangan masyarakat tentang penetapan Logo dan Maskot ini.

Logo merupakan identitas dalam sebuah organisasi atau perusahaan atau dapat juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang berskala luas. Dalam kaitannya dengan kegiatan Pilkada Pulang Pisau 2013 ini, keberadaan Logo sangat diperlukan sebagai bentuk eksistensi kepentingan secara umum untuk menampilkan betapa besar dan pentingnya kegiatan Pilkada Pulpis ini bagi masyarakat dan pembangunan Kabupaten Pulang Pisau ke depan. Sedangkan Maskot merupakan identitas khusus bagi pelaksanaan Pilkada itu sendiri.  Diharapkan, Maskot dan logo yang akan di-launching (Insyaallah bulan depan) ini akan mencerminkan Budaya Bumi Handep Hapakat yang merupakan bagian yang terpisahkan dari Bumi Isen Mulang dan Bangsa Indonesia secara umum.

Kita tunggu hasil kreatif KPU Kabupaten Pulang Pisau atas Logo dan Maskot Pilkada 2013 yang akan datang.

Jadwal Verifikasi faktual Pengurus dan Sekretariat DPC/DPD Parpol

Jadwal verifikasi faktual Pengurus dan Sekretariat DPC/DPD Parpol di sekretariat msg2 oleh KPU Kabupaten Pulang Pisau : Mulai tanggal 05 Nopember 2012

Senin : PAN-PBB-PDI.P
Selasa : PDP-DEMOKRAT-GERINDRA
Rabu : GOLKAR-HANURA-PKPI
Kamis : PKS-PKB-PKBIB
Jumat : NASDEM-PPRN
Sabtu : PPN-PPP

Waktu : Mulai jam 08.00 s/d 16.00 WIB sejak tgl 30 okt s/d 24 nop 2012

Verifikasi berupa;
- Kantor sekretariat dan data administrasi statusnya
- Pengurus KSB
- 30% keterwakilan permpuan pd pengurus

Utk verifikasi KTA di lapangan akan menemui langsung anggota parpol yg daftar namanya diserahkan ke KPU

http://www.facebook.com/mahaDeWa.sarDani

SKPD Diminta Beri Dukungan ke KPUD

Bupati Pulang Pisau H Achmad Amur SH MH secara khusus meminta kepada semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau untuk memberikan dukungan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam melaksanakan setiap tahapan dan jadwal sesuai surat keputusan KPU nomor 1 tahun 2012. Dukungan yang dimaksud kata Amur, adalah dukungan agar menjamin kelancaran penyelenggaraan pilkada baik teknis maupun administratif. "Kesuksesan dan kelancaran pilkada Kabupaten Pulang Pisau adalah harga mati dan setiap tahapan yang telah ditetapkan harus dijamin kelancarannya," kata Amur, pekan lalu. Kelancaran itu papar Amur, termasuk proses pencairan dana KPU yang sudah dianggarkan dan telah diubah posisi rekeningnya dari belanja cadangan menjadi belanja hibah pada APBD Perubahan tahun 2012. Kelancaran itu terang Amur, bisa terwujud apabila SKPD memberikan dukungan dan bantuan. Amur bahkan meminta kesulitan-kesulitan KPU diasistensi oleh SKPD yang berkompeten, karena banyak SKPD yang sangat berkaitan dengan kelancaran KPU dalam melaksanakan tugas di antaranya; DPPKAD, Bappeda, Kesbanglinmas, Disdukcapil, bagian administrasi pemerintahan umum, kecamatan, kelurahan, dan desa yang secara teknis maupun administratif menunjang tugas-tugas KPU. Amur juga mengajak semua pihak termasuk masyarakat luas untuk bersama-sama menyukseskan pesta demokrasi lokal tersebut, sebab akan sangat menentukan nasib dan masa depan Kabupaten Pulang Pisau untuk lima tahun ke depan. 

16 Parpol yang Lulus Verifikasi Administrasi

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) menetapkan 16 parpol lolos verifikasi administrasi tahap II. Sementara 18 parpol lainnya dinyatakan tidak lolos verifikasi administrasi. Sebanyak 16 parpol tersebut antara lain : 
- Partai Nasdem, 
- PDIP, 
- PKB, 
- Partai Bulan Bintang (PBB), 
- Partai Hanura, 
- PAN, 
- Partai Golkar, 
- PKS, 
- Partai Gerindra, 
- Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), 
- Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), 
- Partai Demokrat, 
- Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 
- Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), 
- Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) dan 
- Partai Persatuan Nasional (PPN). 

Sementara itu 18 parpol yang tidak lolos yakni :
- Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), 
- Partai Kesatuan Demokrasi Indonesia (PKDI), 
- Partai Kongres, 
- Partai Serikat Rakyat Independen (SRI), 
- Partai Karya Republik (Pakar), 
- Partai Nasional Republik (Nasrep), 
- Partai Buruh, 
- Partai Damai Sejahtera (PDS), 
- Partai Republika Nusantara (Republikan), 
- Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme, 
- Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), 
- Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), 
- Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), 
- Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), 
- Partai Republik, 
- Partai Kedaulatan, 
- Partai Bhinneka Indonesia (PBI) dan 
- Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI). 

Ketua KPU RI Husni Kamil Manik didampingi 6 anggota komisioner lainnya Ida Budhiati, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Arief Budiman, Hadar Nafis Gumay, Juri Ardiantoro, dan Sigit Pamungkas, mengatakan setelah verifikasi adminstrasi KPU akan melakukan verifikasi faktual terhadap parpol yang lolos verifikasi administrasi tersebut. “Pada verifikasi faktual nanti kita akan buktikan apakah seluruh dokumen yang diserahkan partai politik itu, ada secara fisik atau tidak,” ujar Husni. Verifikasi faktual akan dilakukan ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. “Besok tim akan berangkat ke-33 provinsi untuk mengantarkan berkas dan melakukan supervisi untuk pelaksanaan verifikasi faktual nanti,” ujarnya. Husni meminta partai yang lolos verifikasi administrasi tahap II segera mempersiapkan diri. Sebab masa perbaikan untuk verifikasi faktual hanya satu kali sebelum akhirnya diputuskan oleh KPU. Husni kembali menegaskan bahwa pengunduran jadwal pengumuman bukan karena adanya tekanan politik ataupun negosiasi politik dengan pihak tertentu. Pengunduran itu, kata Husni semata-mata untuk mencermati kembali data-data yang diserahkan parpol. “Kita melakukan pengunduran murni karena pertimbangan kelengkapan data. Misalnya data kartu tanda anggota (KTA), parpol baru menyerahkannya diakhir masa perbaikan, sementara jumlahnya banyak. Ada puluhan juta data yang harus dicermati,” jelasnya. Pengunduran jadwal itu juga tidak melanggar undang undang. “Yang tidak boleh diubah itu jadwal pemungutan suara,” kata Husni. Landasan hukumnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 52/PUU-X/2012 pada Bagian Pertimbangan Hukum pada sub bagian Pengujian Konstitusionalitas Pasal 208 UU 8/2012. Dalam putusan MK itu menyebutkan dengan adanya putusan-putusan mengenai pasal-pasal dalam UU 8/2012, terutama terkait dengan ketentuan mengenai verifikasi partai politik, maka segala sesuatu yang berakibat secara hukum dengan proses penyelenggaraan pemilihan umum legislatif tahun 2014 harus disesuaikan ulang dengan tidak mengubah jadwal pemungutan suara. KPU melakukan verifikasi faktual di tingkat pusat sampai 21 November 2012, di tingkat provinsi sampai 28 Desember 2012 dan di tingkat kabupaten/kota sampai 20 Desember 2012. Penetapan parpol peserta pemilu dilaksanakan 29 Desember 2012 sampai 8 Januari 2013. Pengumuman partai politik peserta pemilu 9 sampai 11 Januari 2013.
Sumber :  http://www.kpu.go.id 

Daftar Nama PPK Pilkada Pulpis 2013 yang Lulus Seleksi

Daftar Nama PPK yang lulus seleksi pada Pilkada Kabupaten Pulang Pisau 2013, adalah sebagai berikut :
KECAMATAN SEBANGAU KUALA :
1. Rianti Miasi, SE
2. Sukani, S.Pd.
3. Andry Wahyudi, S.Pd.
4. M. Bain Noor Rahim
5. Hendrawan

KECAMATAN KAHAYAN KUALA :
1. Saiful Amin
2. Muhammad Ansari, S.Pd.
3. Fitria
4. Sahudinnor, S.HI
5. Abdul Hadi

KECAMATAN PANDIH BATU :
1. Bambang Haryanto, SE
2. Sastra Sri Ningsih
3. Ari Gunanto, S.d.
4. Orbaku, SE

KECAMATAN MALIKU :
1. Drs. Suriansyah
2. Drs. Tatang
3. Paryoto, M.PdI
4. Dorkas Gaya Hutagalung, S.Pd.
5. Intang, S.Pd.

KECAMATAN KAHAYAN HILIR :
1. Didit Cristiawan, A.Ma.
2. Fitriah
3. Saiful Rahman
4. Harian Soaloon Pakpahan, S.Pi.
5. Sunaryo

KECAMATAN JABIREN RAYA :
1. Ridwansyah
2. K.MG. Djamal
3. Rahmat Alfianoor
4. Kamala
5. Supiyan

KECAMATAN KAHAYAN TENGAH :
1. Nyangun, SE
2. Firento
3. Rette
4. Bobby
5. Sem Tuah

KECAMATAN BANAMA TINGANG :
1. Drs. Uhing
2. Tomson
3. Sarina
4. Yurloi
5. Berkat Kahalap, SH.MA

Siapkan diri menuju Pulpis Maju....

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pulang Pisau sudah mulai ramai diperbincangkan di lingkungan kita. Sebagai masyarakat, kami dari Tim Kreatif Pinasticyber Multimedia berupaya untuk menjalin kerjasama baik dengan Pihak KPU Kabupaten Pulang Pisau, pihak jurnalis (Suara Kahayan), dan masyarakat untuk dapat meluncurkan media informasi seputar pelaksanaan Pesta Demokrasi di Bumi Handep Hapakat ini. Alhamdulillah, tanggapan positif yang kami terima dari berbagai kalangan sangat membuat kami berbahagia. Terima kasih untuk semua.
Blog ini kami sumbangkan sebgai bentuk partisipasi kami sebagai masyarakat Pulang Pisau dalam membantu tugas-tugas berat KPU Kabupaten Pulang Pisau, terutama dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi informasi kepada masyarakat luas.
Dasar pemikiran kami dalam peluncuran Blog ini adalah : Sebagai masyarakat Global, dimana untuk mengakses internet saat ini, dunia maya sudah "berada" pada hampir sebagian besar masyarakat Pulang Pisau..., pakai laptop, tablet, ataupun smartphone.
Transparansi bukanlah barang baru di Republik ini, melalui Blog ini kami mengharapkan apa yang menjadi hak bagi masyarakat Pulang Pisau untuk mendapat informasi sebanyak-banyaknya seputar pelaksanaan Pilkada Pulpis 2013, semoga sebagian besar dapat "dikonsumsi" oleh masyarakat.
Kami berupaya untuk bersikap NETRAL dalam pemberitaan dan atau informasi-informasi yang disajikan, tidak memihak salah satu calon. Jadi jika terdapat desain atau apapun juga dalam blog ini yang didominasi oleh warna-warna tertentu, janganlah diasumsikan sebagai "KEBERPIHAKAN" kami pada salah satu calon. Bagi kami semua calon sama baiknya, masyarakatlah yang menentukannya nanti pada saat Hari Pemungutan Suara, 4 April 2013.
Semoga apa yang akan kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
SELAMAT MEMILIH YANG TERBAIK....., DAN JADILAH PEMILIH YANG CERDAS !

Hormat kami,
PINASTICYBER MULTIMEDIA - Pulang Pisau Chapter

KOORDINATOR TIM KREATIF :
R. ARIEF DARMAWAN.S, ATD. Dipl.Comp.